anak bungsuku menyisihkan setengah porsi
Jelang maghrib 27 Syawal 1442 H, anak bungsu sibuk di dapur. Siapkan menu buka puasa syawal 6 hari. Entah sudah dapat berapa hari. Kendati karena faktor kewanitaan, masih punya sisa hutang puasa Ramadhan 1442 H. Pasca maghrib di rumah, kulihat duduk lesehan di lantai dapur. Menikmati hidangan buka puasa. Olah mie rebus di wajan kecil. Merangkap piring.
Keluar pintu masjid bakda isya’, sempat kaget ada payung parkir di teras. Jamaah yang pulang awal berpayung, tanda hujan. Hujan ringan. Maklum banyak jamaah usia lanjut, bahkan plus bonus. Cara tepat guna dengan jalan agak lebih cepat dari biasanya. Tetap tidak biasa, sudah segitunya. Agak waspada, jalan licin basah hujan. Rasanya, perut terasa minta diisi, jatah malam.
Protokol kebugaran mengisyaratkan agar jangan makan malam setelah jelang jam tidur malam, Tiap perut punya aturan main khas ybs. Mekanisme cerna bisa santai, posisi badan horizontal. Tidak serta merta memperlancar kelancaran kinerja alat cerna. Namanya makan malam, ambil hikmah dan niatan.
Sesampai di rumah, belum sempat meletakkan sajada. Garwo bilang, ada mi di wajan. Tentunya di tangan ahlinya, diolah jadi lauk. Nyala api kompor gas minimal untuk memanaskan sang wajan, dituangi nasi putih pas takaran. Diaduk agar nasi terurai, menyerap kuah. Ditambah kecap manis Tidak pakai lama. Langsung diajak jadi teman buka laptop. Olah kata ini, produk kedua. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar