Halaman

Senin, 28 Juni 2021

ritual mistis politik nusantara, téga larané luwih téga sangsarané

ritual mistis politik nusantara, téga larané luwih téga sangsarané

 Mirip keterpaduan antara protokol waras dengan protokol kebangsaan. Aneka peristiwa kejadian yang sudah terjadi, tidak perlu diratapi Tatap simak kejadian yang sigap 24 jam sehari semalam di depan mata sendiri. Jangan terlalu risau sekaligus jangan amat abai nan lalai sikapi faktor peubah nasib diri. Semboyan bijak “seperti kemarin saja” jauh dari kendali mutu diri. Bukti penggemar tunggu bola muntah, bola liar.

 Rumusan kehidupan yang hanya sekali-kalinya hidup di dunia. Menu hidup harian nyaris tipikal, monoton, berulang tanpa ada ikhtiar berperubahan. Babak akhir malam menjadi penentu hidup harian. Hidup hari ini bisa menjadi kelanjutan yang kemarin. Tapi hidup esok hari, bukan hak milik kita.

 Rumus hidup berkualitas, ternyata amat simpel, sederhana, bersahaja. Cukup ingat dari tanah kembali ke tanah. Tidak bertélé-télé dan berlika-liku. Lakoni kehidupan “hari ini lebih baik sedikit katimbang hari kemarin”. Jangan ditafsirkan, hari ini porsi sarapan tambah satu sendok makan. Atau jam tidur ditambah 5 (lima) menit. 

Selain narasi di atas, masih terdapat fakta bangsa ini sedang sakit, darurat gawat amat. Berkat gemblengan, tekanan multipartai, Ungkapan “borok ilang rasané” menjadi wawasan diri, pegangan hidup berkepribadian. Maksud benderang, orang terbiasa sengsara segala urusan. Faktor gawan bayen atau salah binaan. Akhirnya kebal dan berketahanan. Alah bisa karena biasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar