politik radikal, terapi kebal hukum pasca alih kuasa
Tidak juga kalau disebut, takut bayangan sendiri. Trah politik cendana, tetap eksis dan bergulir. Politik feodal yang terbangun semasa Orde Baru mampu membangun loyalitas berlapis. Sisa energi Golkar selaku kendaraan politik RI-1 kedua tetap diperhitungkan di antara “mana sekutu mana seteru”. Spesifikasi multipartai justru pamer titik lemah, celah retak. Koalisi partai politik pro-pengusa selaku pratanda tirani minoritas tetap eksis antar pemerintahan.
Karier politik yang dibangunan mulai dari nol, bisa langsung disalip di jalur lurus oleh pemodal. Mendirikan bentukan partai politik sambil menempel pada penguasa. Kelihatan sukses namun sekali salah tindak, fatal akibatnya. Membangun citra lewat dukungan relawan prabayar politik digital. Perang udara terbuka 24 jam. Tidak kenal sasaran. Menjadi pertarungan sesungguhnya. Libas sebelum berlaga, menjadi pasal biasa.
Pembunuhan karakter sedini mungkin, berkat dukungan dana global. Curi start dengan cara legal konstitusional. Mengamankan panggung politik dengan melibatkan semua pihak. Operasi senyap secara déjure plus defacto. Pakai asas tunggal gotong royong, gugur gunung. Bancakan, rayahan politik memacu memicu gaduh politik.
Sedang dirumuskn kredo “atas kehendak rakyat”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar