Halaman

Rabu, 23 Juni 2021

zona merah menambah daya tarik kursi presiden

 zona merah menambah daya tarik kursi presiden

 Krismon 1997 atau entah tepatnya tahun berapa. Nyatanya mampu mencetak aksi reformasi. Klimaks atau antiklimaks 21 Mei 1998. Tidak dilanjutkan dengan konsep, prinsip, skenario Indonesia berdaulat luar dalam. Pancsila Sakti subversi daripada penguasa tunggal Orde Baru. Di tangan berikut menjadi mritili, mrutuli, mreteli, mrotoli diserap paksa oleh energi multipartai. Paham ‘nasakom’ plus asas demokrsi ‘luber’ (lubangi beringin) menambah daftar pustaka petaka nusantara.

 Politik feodalistik, kekerabatan, nepotisme menjadi wawasan kebangsaan. Praktek politik beda warna politik selaku wujudan dasar negara. Angkatan bersenjata tidak 100% loyal total kepada jenderal besar Soeharto. Apalagi presiden ketujuh yang sipil tulen. Alat negara menjadi multimanfaat. Daya balik setiap waktu tanpa informasi. Beda dengan dengung nyamuk di telinga. Pratanda Belanda sudah dekat.

 Kawanan pendengung, pelantang sigap melibas siapa saja, tanpa tatap muka. Bebas korbankan pihak mana saja. Satu kontrak dengan aneka pihak beda selera. Sesuai tarif progresif revolusioner plus. Tidak ada ikatan moral, kaitan emosi. Salah bayar, tanggung sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar