mengaku nyapres kepada semua pers, ternyata
Mirip lirik tembang lawas “mengaku bujangan kepada semua wanita, ternyata cucunya . . . “. Seolah ada pratanda bahwasanya suatu ketika ada perempuan. Wolak-waliking zaman édan tenan. Muncul wanita jauh dari martabat empu. Walau sebutan gelar kehormatan. Sesuai dengan indikasi judul. Sisi gelap judul tidak diterangkan. Kawanan literasi politik digital, jauh dari paham.
Belum diorder sudah sedia paket ajaran sarat ujaran nista diri abadi. Belum ditunjuk sudah unjuk gigi tanda pemakan segala, penyuka sesama. Bangga dengan celukan “dengkul”. Demi harga diri, sanggup undur diri jika ada mitra sekandang lebih ngejrèng. Wis mati-matian nyurung bokong babi babon. Tetep ora dianggep genep.
Ibarat teh celup. Yang dicelup ke
dalam gelas isi air mendidih, label, merk di ujung benang. Dikira begitu aturan protokol kebangsaan. Disaksikan
oleh awak media massa arus bawah. Air tidak memerah. Kondisi berkenormalan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar