Halaman

Selasa, 08 Juni 2021

mengaku nyapres kepada semua pers, ternyata

mengaku nyapres kepada semua pers, ternyata

 Mirip lirik tembang lawas “mengaku bujangan kepada semua wanita, ternyata cucunya . . . “.  Seolah ada pratanda bahwasanya suatu ketika ada perempuan. Wolak-waliking zaman édan tenan. Muncul  wanita jauh dari martabat empu. Walau sebutan gelar kehormatan. Sesuai dengan indikasi judul. Sisi gelap judul tidak diterangkan. Kawanan literasi politik digital, jauh dari paham.

 Belum diorder sudah sedia paket ajaran sarat ujaran nista diri abadi. Belum ditunjuk sudah unjuk gigi tanda pemakan segala, penyuka sesama. Bangga dengan celukan “dengkul”. Demi harga diri, sanggup undur diri jika ada mitra sekandang lebih ngejrèng. Wis mati-matian nyurung bokong babi babon. Tetep ora dianggep genep. 

Ibarat teh celup. Yang dicelup ke dalam gelas isi air mendidih, label, merk di ujung benang. Dikira  begitu aturan protokol kebangsaan. Disaksikan oleh awak media massa arus bawah. Air tidak memerah. Kondisi berkenormalan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar