politik cerdas, sebatas di atas kertas
Memori politik anak bangsa pribumi nusanatra berketurunan. Lebih bersifat satu arah, bisa menerima, tidak bisa “memberi”. Asupan politik didominasi subversi literasi politik digital. Media massa arus pendek, menjadi jembatan penghubung. Pengarah ke betapa elit politik hidup bak slilit.
Puncak arus kemandekan berpolitik cerdas belia, jelang gelaran pesta
demokrasi nasional. pilkada serentak tidak kalah mengharukan katimbang
mengharumkan. Asas keteladan ganti wujud menjadi asas ketalibanan. Makanya,
merdeka atau mati-nya semangat joeang’45. Berbalik drastis menjadi agama atau
mancasila! [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar