oplosan komplit: oportunis+oposan+opo-opo gelem
Diuntungkan hadirnya zona merah global beririsan zona merah nusantara bawaan sejarah. Kejadian jelang babak akhir 2019-2024 banyak pihak berlompatan, berloncatan, jingkrak-jingkrak bak cacing bergelimang abu gosok. Bukan sulap, bukan sihir, bukan trik tangan pendengung menjadi satu dengan sandiwara politik. Tak kurang meriahnya badut, lawak, komedi, banyolan politik.
Siapa yang merasa takut kehilangan taring, akan bersuara nyaring. Siapa yang pagi buta, terang tanah gemetar, gentar kekurangan pengaruh, akan ikut pasar taruhan politik. Idealisme politik tanpa haluan semakin ditinggalkan dan ditanggalkan.
Budaya politik dan rivalitas panggung politik nusantara. Pakai topeng apa pun, selalu masih “kalah awu” dengan pihak tiban, Merasa pewaris kursi noronegoro, perpanjangan kuasa politik global. Nasionalisme sarat solidaritas keindonesiaan, berkat multipartai, menjelma kuat menjadi solidaritas kepartaian.
Dari berbagai arah, depan dan belakang, kanan dan kiri, serbuan ucapan, ujaran, cuapan dan atau penebar, penabur fitnah dunia masuk 24 jam. Pemerintah membiarkan adanya konflik horizontal di masyarakat. Sebagai pengalihan arus lalu lintas. Agar pemerintah bisa fokus dengan agenda politiknya.
Politik nusantara diibaratkan, diutarakan, diketengahkan bak pria berkonde, pria gemulai. Lawan kata dari kaum hawa kencing berlari. Menu politik berdaya tarik nasional, berupa pemilu legislatif bareng pilpres. Praktek politik “jual kursi beli kursi”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar