Halaman

Jumat, 04 Juni 2021

durung kelakon setengah njangkah, aja bungah-bungah sik

 durung kelakon setengah njangkah, aja bungah-bungah sik

Nah, kalau sudah diingatkan sejak awal, tetep ora ngrèken. Macam anak balita, usai mandi. Belum rapi betul, sudah keluar rumah. Teman sebaya menunggu, ajak main bareng. Padahal yang teriak panggil, biasanya anak jalanan. Tetangga jauh. Hobi berkeliaran, tidak betah di rumah saja. Modal sepeda bebas kayuh tanpa tujuan.

 Namanya anak. Ada yang sebut namanya, merasa kehadirannya diharapkan. Dinantikan oleh anak banyak, berdasarkan suara bersahutan. Keluar rumah dengan riang, badan segar habis mandi. Wangi sabun terasa menerpa hidung. Berharap sambutan spontan, meriah plus aplaus. Terjadilah basa-basi bahasa anak. Tidak pakai lama, sang anak ikut kerumunan.

 Beda kejadian jika terjadi pada petugas binaan partai politik. Semakin nama diri acap disebut di media massa arus utama, kian girang ln mbungahi. Tersanjung munjung. Foto diri dipampang segala pose tanda banyak penggemar fanatik. Sudut tayang tampilkan provokasi bahasa tubuh yang butuh asupan gizi energi religi.

 Padahal tukang pencet bel sudah gatal tangan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar