Halaman

Jumat, 11 Juni 2021

barang siapa ahli waris vs mewariskan utang luar negeri

 barang siapa ahli waris vs mewariskan utang luar negeri

Di satu pihak, tersurat wawasan kebangsaan yang mendayagunakan celah retak buaya persatuan, kesatuan dan keutuhan nusantara. Sejalan dengan aksi sepihak ini, pihakan lain yang cuma beda sisi, posisi dengan cemerlang gamblang. Lewat jalur konstitusi membuka peluang cipta kerja usaha. Khususnya bagi anak usaha politik haluan belok kiri boleh langsung.

 Di luar praktek politik animisme–dinamisme, negara dengan lanjutan penyelenggara negara selaku pengayom, pelindung dan pemelihara bentukan asas nasakom. Karena jasa politik, layak dianggap bak warisan tradisi budaya “ada uang negara ada tikus berdasi”. Lebih daripada itu sedang dalam proses.

 Aspek historis pola kerakyatan – selaku cikal bakal bermasyarakat sekaligus berbangsa – semakin unjuk bukti sarat warisan keanekaragaman, berbanding lurus dengan peningkatan kadar dan daya toleran bangsa tersebut terhadap kehadiran “cuma beda warna”. Politik perbedaan warna politik menjadi wujudan multipartai.

 “Tukang kredit panci” keliling kampung di kota. Zaman era Orde Lama. Lampu teplok berbahan bakar minyak tanah, menjadi komoditas ekonomi. Agaknya, laku ini berlanjut dengan bentukan Delegasi RI (delri) ke luar negeri, ikut rapat bagi-bagi utang dari negara dan atau badan donor. Bantuan gratis tragis dari lembaga keuangan global, tidak mengikat dengan pola kembali lipat, bunga utang menjerat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar