capres 2024 vs covid-19
Krisis moral politik bangsa nusantara ditengarai sudah merasuk jauh sebelum partai politik dikenal atau dideklarasikan. Pasca krisis moneter 1997-1998, nusantara langsung menggelar krisis segala krisis lewat multipartai. Sejarah mencatat antara 21 Mei 1998 hingga sampai pada 23 Juli 2001, terdapat 3 (tiga) presiden. Bukan jadi dasar dan bahan survei tanpa survei, jajak pendapat popularitas capres 2024.
Bayang-bayang agresi pandemi covid-19 sejak maret 2020, terus membayangi jiwa cinta tanah air, bela bangsa, jaga kuasa negara. Kambuhan libido politik sesaat sesat bak penenabar penabur fitnah dunia. Bermain di semua lini untuk semua kepentingan, asal sesuai tarif progresif revolusioner. Merasa patut diri nyapres, blusukan di media massa arus pendek. Pamer bégo berketurunan.
Kurva statistik adu nyali antara terduga covid-19 dengan “nama baik” cikal bakal capres 2024. Aneka vaksin berlomba dengan laju jelajah varian covid-19. Nama layak capres, duet capres 2024 model bongkar pasang. Dosa politik menjadi faktor penentu. Lebih daripada itu, lonjakan angka korban covid-19 berbanding lurus atau berbanding terbalik dengan “nama baik” capres 2024. Rakyat tetap sigap.
Generasi pewaris masa depan <18
tahun masih punya peluang, dendangkan tembang “katak hai katak loncat . . . “. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar