tidur
malam, sahabat dekat kematian
Pernah-pernahnya
BPS merilis berapa jiwa penduduk RI yang meninggal pada saat waktu tidur malam.
Bukan berarti akibat tidur malam berakibat kematian. Dibolak-balik, mati akibat
tidur malam. Tak salah sangka jika tidur malam termasuk proses ‘mati
sementara’. Terbangun saat umat manusia dibangkitkan dari alam kubur.
Ritme kehidupan
sesuai dalil-Nya adalah waktu siang untuk bangun berusaha, waktu malam untuk
tidur dan istirahat. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa umat manusia sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu
itu. Dengan perputaran waktu itu habislah umur umat manusia yang telah
ditentukan.
Posisi geografis
NKRI yang tidak dengan 4 (empat) musim. Anomali cuaca akibat campur tangan
manusia terhadap sistem bumi. Perjalanan waktu yang menentukan sistem
penanggalan, qomariah maupun syamsiah.
Kita simak ulang
firman-Nya, tercantum di (QS Al Mu'minuun [23] : 80) :
”Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur)
pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?.”
Terdapat
ungkapan ‘pertukaran malam dan siang’ sesuai rotasi bumi. Singkat kata, kita
simak ulang firman-Nya, tercantum di (QS Yunus [10] : 6) :
”Sesungguhnya pada
pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan
di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang
bertakwa.”
Agama Islam
sebagai agama tauhid, perlu dukungan nyata cerdas iman. Praktik agama Islam
dengan bekal ilmu, akal sebatas pengetahuan sesuai bahasa manusia. di luar, di
atas ikhtiar tersebut, iman yang akan menindaklanjuti, yang akan bicara.
Barangsiapa
betul-betul memanfaatkan waktu tidur malam, sampai akhir malam. Bukan itu
maksud kandungan Al-Qur’an. Betapa nilai waktu malam, sesuai firman-Nya,
tercantum di (QS Al Muzzammil [73] : 6) :
“Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan.”
Keutamaan dan
kedudukan sholat malam, tahajud sebagai sholat sunah mu’akad. Sengaja penulis
tak mencantumkan riwayat bahwasanya tidur malam bisa sebagai sarana kematian.
Penekanannya pada bagaimana sebelum tidur malam, kita melakukan persiapan untuk
perjalanan jauh. Esok hari bukan hak kita. Selama kita tidur malam, hukum Islam
tidak diterapkan sampai bangun.
Tak salah jika
adat kejawen dengan konsep prihatin. Antara lain dengan pola mengurangi jam
tidur malam. Tidur di lantai, beralaskan tikar. Ditambah dengan puasa mutih. Serta amal kebajikan
lainnya.
Digambarkan,
diibaratkan jika umat Islam meninggal dengan tenang bak orang yang sedang
tidur. Lelap, nyenyak tak bisa “dibangunkan”. Tampak tersenyum ikhlas.
Oleh sebab itu,
disyaratkan dengan kuat, sebelum tidur kita seperti menghadap-Nya. Berwudhu.
Berdoa. Mengkhatamkan Al-Qur’an alias baca surat Al-Ikhlas sebanyak 3x. Diawali
dengan baca surat Al-Faatihah, 1x. Ditutup dengan baca surat Al-Falaq dan surat
An-Naas masing-masing sekali, plus doa sebelum tidur.
Diniatkan untuk
bisa tahajud. Minimal bisa sholat subuh di awal waktu. Jangan sampai telinga
“dikencingi” setan. Bagi lelaki, niat tahajud dan subuh berjamaah di masjid. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar