Halaman

Rabu, 14 November 2018

penyakit politik dan darurat pesta demokrasi


penyakit politik dan darurat pesta demokrasi

Asumsi survei tanpa survei atas DPT 2019, mengerucut pada ikhwal pro dan ikhwal pilihan. Secara umum, calon pemilih memang pro manusia politik yang sedang kontrak politik. Budaya bangsa memang menggariskan patuhilah pimpinan, wakilmu selama masih bener lan pener. Ketika sang penguasa semakin keblinger, wajib diingatkan. Tindak keblinger sampai klimaksnya, membuat rakyat nek, mblenger, perlu tindak turun tangan.

Jadi, dapat dipastikan begitulah faktanya, bahwasanya penyakit politik bukan penyakit individu, perorangan manusia politik. Menjadi hak partai politik seutuhnya, bulat penuh. Bentuk lain dari watak, karakter dan spesifikasi sebuah partai politik. Rekam jejak ikut pesta demokrasi menjadikan penyakit politik sebagai tetenger atau trade mark.

Biaya politik untuk operasi dan pemeliharaan pemerintah yang sah sesuai hasil akhir pesta demokrasi, jelas non-budgeter. Semakin membengkak, menanjak jika penguasa belum jatuh tempo sudah curi start. Terjadilah yang seharusnya tidak yerjadi, yaitu wong bener tenger-tenger.

Nyaris lupa. Soal pilihan, pemilih sudah semakin cerdas berkat ulah 2014-2019. Tak mau mengulang laku dan dosa yang sama. Demokrasi Nusantara bukan dagang politik. Modal kuat, jalan menuju meraih kategori penyelenggara negara mulus tanpa hambatan. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar