Halaman

Sabtu, 10 November 2018

méntalitas pahlawan Nusantara, mempertahankan kemerdekaan vs mempertahankan kekuasaan


méntalitas pahlawan Nusantara, mempertahankan kemerdekaan vs mempertahankan kekuasaan

PSSI, PBSI sudah, selalu, sedang, masih membuktikan bahwa perjuangan menjadi jawara tak sedugaan di atas kertas. Tentu ada beda nasib antara cabor berbasis tendang dengan cabor yang mengutamakan pukul (malah dengan alat). Faktor penyebabnya belum pernah diungkap secara legal, konstitusional oleh pemerintah.

Sudah menjadi rahasia umum, semakin banyak partai politik ingin mengatur negara, dipastikan prestasi bisa-bisa bisa jalan di tempat. Bongkar pasang pemain bukan jaminan mutu. Mental juara belum terasah. Pendidikan politik yang dipropagandakan adalah kiat ‘cepat raih sukses’. DP keringat 0% bisa raih paket sukses.

Oleh sebab itu ketika berhasil meraih kursi jabatan. Pertahankan jangan sampai terserobot di tengah jalan. Jangan sampai terjegal kawan separtai. Jangan menjadi incaran pemodal asing. Sesama kader satu parpol boleh saling adu ujaran sampah.

Pakai merek dagang keluarga. Anak cucu ideologis yang membuktikan ideologi tak ada matinya. Mewaris ke anak cucu. Maka dari itu, faham yang dilarang beredar di NKRI, tetap eksis. Gonta-ganti nama, merk, lambang, kemasan, warna, status, DNA maupun ciri umum, indikasi visual, fisik.

Sudah kehendak sejarah nasional, bahwasanya éfék domino éra mégatéga, menjadikan apapun bisa terjadi. Generasi medsos menjadi pelaku, saksi sekaligus korban. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar