Halaman

Selasa, 20 November 2018

lama-lama kelamaan tidak tahan lama



lama-lama kelamaan tidak tahan lama

Korupsi yang menjadi budaya dan lagu wajib di sebuah negara bernama NKRI, walau sudah masuk ambang batas kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), sehingga diperlukan daya berantas yang tidak lagi “secara biasa”, tetapi dituntut “cara-cara yang luar biasa” (extra ordinary enforcement).

Mengingat pelaku utama tindak pidana korupsi bukan orang biasa, tidak masuk kejadian luar biasa. Kalau negara sepi dari tipikor. Apa guna aparat penegak hukum. Apa guna KPK. Gulung tikar dan gigit jari.

Tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme tidak hanya dipraktikkan secara nyata oleh penyelenggara negara, antarpenyelenggara negara, melainkan juga penyelenggara negara berkongsi dengan pihak lain, seperti keluarga, kroni, dan para pengusaha. Kalau cuma  merusak sendi dan engsel kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara, tidak masalah. Asal jangan sampai wibawa negara terusik.

Terasa nyata sampai lapis dasar bangsa. Gejolak batin koalisi pro-pemerintah, pro-penguasa yang nasibnya mengambang. Jelang tutup buku akhir periode, masih banyak kawanan loyalis yang belum panen. Paling-paling diajak makan bersama. Tidur gratis di hotel bintang sesuai kadar loyal.

Kawanan dimaksud, serta merta berharap pada periode kedua. Periode pertama tak apalah cuma kecipratan. Siap alat keruk, alat keduk, alat hisap serta bak ‘penampung air hujan’, begitu tahu oknum presiden aktif sebagai capres nomor urut satu di pilpres 2019. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar