Sigap
Rakyat Nusantara Mulai Dari Nol
Rakyat tersebar
di Nusantara, mempunyai pakem atas versi kehidupan yang dilakoninya. Sumber kehidupan
masih diwarnai rasa guyub, rukun, tepo sliro, gotong
royong. Tak goyah oleh ulah penguasa lokal yang mengedepankan kepentingan
partai politik.
Soal rakyat
tak bisa menghindar dari penjajahan bangsa asing liwat beras impor, buah impor,
garam dapur impor, bahan baku kue, roti (gandum) impor, diyakini sebagai
konsekuensi logis. Masyarakat wajib mendukung tata kehidupan berbangsa dab
bernegara.
Bangsa sendiri
yang meneguk keuntungan di balik kebijakan impor, dianggap sebagai jasa mereka
atas pengabdiannya kepada negara. Penyelenggara negara yang berjibaku melebih
panggilan tugas Ibu Pertiwi. Semakin berjasa semakin terukur nikmat dunianya. Tak
perlu melakukan korupsi dan pasal sejenis lainnya.
Mengendalikan
nasib rakyat, artinya rupiah atau uang akan datang sendiri. Antri hari demi
hari. Sekali lagi, tak perlu main hisap. Modal intimidasi konstitusional,
apapun akan datang dengan sendirinya.
Semakin
merasa banyak pihak yang memuja, memujinya, semakin melambung. Bak burung bebas
terbang di sangkar yang tinggi. Tambah periode terbang, karena dianggap tak
pailit, tetap tak akan keluar dari sangkarnya. Pengendali jalannya sangkar tak
terlihat dari dalam.
Ketika penyakit
politik sudah klimaks. Rakyat jenuh dengan aneka ujaran bela diri. Pihak penebar,
penabur fitnah dunia bangian integral propaganda penguasa. Semakin dibangga-banggakan
semakin nyata belangnya.
Rakyat tetap
memihak pada penguasa yang tak lupa muka sendiri. Soal penggunaan hak pilih
pada Rabu, 17 April 2019, jelas sudah punya pilihan yang jelas. Tak akan
mengulang kesalahan dan dosa yang sama di 2014-2019. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar