Halaman

Senin, 19 November 2018

dialéktika generasi medsos, bahan mentah baru vs barang bekas baru


dialéktika generasi medsos, bahan mentah baru vs barang bekas baru

Terjebak di antara dua kondisi yang sama-sama tak mengenakkan. Bukan dilematis atau dikotomis. Lebih parah daripada asas ikut arus tapi jangan sampai terbawa arus.

Evektivitas pengurangan jarak dan waktu di ruang tradisional oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), menjadikan jiwa semakin bebas mengembara dan membara.

Kaidah kehidupan yang berbasis kepentingan umum utawa public interest tidak ada dalam kamus gaul pengguna aktif TIK. Jaga jarak aman, sopan santun, tata krama bertoleransi, diterjang habis-habisan. Yang ada adalah jual beli aneka ujaran lisan maupun tertulis. Dilengkapi dengan tayangan gambar, foto agar tampak nyata.

Pemerintah tinggal menggoreng, menggodog semangat pantang menyerah, pantang mundur generasi medsos. Tidak juga. Kebijakan pemerintah memfailitasi ruang publik sebagai ajang laga, tawuran maya.

Hanya saja, kecermatan dan kepedulian pengguna aktif TIK, tidak hanya ‘bisa memakai tidak bisa memelihara’ . sudah masuk kuadran ‘tidak bisa memakai dan tapi ahli merusak’.

Terbukti serius dengan merusak jiwa sendiri secara sadar, terukur, menerus. Sisi lain, memang tidak ada sanksi, tanggung gugat sistem interaksi publik. Anak kemarin sore, duduk manis berjongkok tanpa berputar sambil jelajah Nusantara. Umbar bau busuk diri, yang seharusnya keluar bersama kentut.

Beban dan tanggung jawan pemerintah atas pembinaan moral dan mental anak bangsa pribumi, tereduksi secara menyehatkan. Betapa tidak, generasi medsos secara dini sudah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Berbasis modus pemulung yang dikombinasi gaya hidup tak ketulungan, mereka merasa serba bisa. Menjadi penelan segala, apa saja yang tampak berkilau. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar