Halaman

Jumat, 23 November 2018

mengurai daya kritis generasi plastik Nusantara


mengurai daya kritis generasi plastik Nusantara

Bukan berarti bak sedotan plastik, sendok garpu plastik, botol/gelas air mineral plastik, kantong belanja plastik yang umur teknis hanya untuk sekali pakai. Dicuci pakai lagi siap risiko. Pengguna aktif bisa dikenakan sanksi hukum, karena buang sembarang tempat dan waktu.

Namun begitulah hukum. Pengusaha plastik tak bisa dilarang. Bak pengusaha pabrik rokok, hanya sebatas dihimbau. Perokok aktif tak mau menjadi korban tunggal. Jadilah perokok pasif yang terpapar efek domino asap rokok.

Macam apa yang kau sebut dengan generasi plastik. Kebijakan pemerintah sudah menetapkan sebutan generasi milenial. Salah-salah bisa dianggap menurunkan martabat bangsa. Disangka merendahkan wibawa negara. Diduga melunturkan derajat penguasa.

Memang ada generasi plastik apalagi pakai Nusantara. Ingat dengan liuk-liuk gadis plastik. Badan lentur mengagendakan aneka seni melipat tubuh berbasis daya guna sendi anggota badan.

Apakah manusia politik sedemikian lentur, luwes, fleksibel, kenyal, gemulai, tulang lunak, elastis. Beda kawan, secara ikatan bahan bangunan, elastis vs plastis. Sifat karet, menjadi hak milik karet. Jam karet menjadi dalil kehidupan manusia politik.

Batasan generasi plastik bukan pada`rentang usia dan atau umur. Mereka sebagai pemilih pemula di era reformasi. Sebagai saksi hidup atas gerak aksi aroma irama syahwat politik. Karena banyak pilihan, akhirnya mereka memilih untuk tidak memilih di pemilu 2019. Bukan hanya banyak pilihan, efek domino berita politik yang bebas aktif masuk ruang publik.

Akhirnya generasi plastik yang tiap hari disuguhi adegan konflik politik, menjadi jenuh, muak, antipati dan alergi. Penyalurannya, tunggu waktu dan tempat yang tak terduga sebelumnya. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar