mengurai
daya kritis generasi plastik Nusantara
Bukan berarti
bak sedotan plastik, sendok garpu plastik, botol/gelas air mineral plastik,
kantong belanja plastik yang umur teknis hanya untuk sekali pakai. Dicuci pakai
lagi siap risiko. Pengguna aktif bisa dikenakan sanksi hukum, karena buang
sembarang tempat dan waktu.
Namun begitulah
hukum. Pengusaha plastik tak bisa dilarang. Bak pengusaha pabrik rokok, hanya
sebatas dihimbau. Perokok aktif tak mau menjadi korban tunggal. Jadilah perokok
pasif yang terpapar efek domino asap rokok.
Macam apa yang
kau sebut dengan generasi plastik. Kebijakan pemerintah sudah menetapkan
sebutan generasi milenial. Salah-salah bisa dianggap menurunkan martabat bangsa. Disangka merendahkan
wibawa negara. Diduga melunturkan derajat penguasa.
Memang ada
generasi plastik apalagi pakai Nusantara. Ingat dengan liuk-liuk gadis plastik.
Badan lentur mengagendakan aneka seni melipat tubuh berbasis daya guna sendi
anggota badan.
Apakah manusia
politik sedemikian lentur, luwes, fleksibel, kenyal, gemulai, tulang lunak, elastis.
Beda kawan, secara ikatan bahan bangunan, elastis vs plastis. Sifat karet,
menjadi hak milik karet. Jam karet menjadi dalil kehidupan manusia politik.
Batasan generasi
plastik bukan pada`rentang usia dan atau umur. Mereka sebagai pemilih pemula di
era reformasi. Sebagai saksi hidup atas gerak aksi aroma irama syahwat politik.
Karena banyak pilihan, akhirnya mereka memilih untuk tidak memilih di pemilu
2019. Bukan hanya banyak pilihan, efek domino berita politik yang bebas aktif
masuk ruang publik.
Akhirnya generasi
plastik yang tiap hari disuguhi adegan konflik politik, menjadi jenuh, muak,
antipati dan alergi. Penyalurannya, tunggu waktu dan tempat yang tak terduga
sebelumnya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar