hanya beda kelas syahwat
politik
Tidak bisa dibandingkan, disandingkan, ditandingkan
antara pemain lama dengan pendatang baru. Cabor buku tangkis tidak mengenal
klas sesuai BB atau batasan umur dan atau usia. Ganda campuran semakin
membuktikan tidak ada unsur diskriminasi.
Rekam jejak pebulutangkis, tentu tidak bisa
dikarbit atau diorbitkan bak politisi atau kawanan manusia politik. Tak salah
memang jika buah tak akan jatuh, rontok menggelinding jauh dari pohonnya. Kiat dan
rumus sukses adalah tiada hari tanpa raket. Tak bisa melihat net terbentang. Tangan
gatal.
Puncak karir pebulutangkis bukan pada mampu meraih
juara nasional atau mewakili NKRI di laga dunia. Ketika daya pukul sudah tidak
bisa mematikan lawan, permainan belum usai. Atau daya juang hanya mampu
langganan kalah angka, tidak serta merta gantung raket.
Peluang menjadi pelatih. Mendirikan partai politik
badminton, dengan lambang kok warna putih. Modal nama beken, wajar jika buka
warung. Tampang meyakinkan, bernilai jual, menjadi bintang iklan, model. Diimbangi
pendidikan formal, elektabilitas, popularitas terjaga, siap dilirik pihak lain.
Siap dipukul balik jika mental juara hanya sebatas lutut.
Bulu diidentikkan dengan ringan. Ketika kawanan
bulu sejenis dikemas menjadi kok, bukan permainan ringan. Memukul ‘barang
ringan’ perlu tenaga yang tak ringan. Meraih kursi yang tak ternilai, terukur
pasti butuh tenaga ekstra. Kemampuan ‘membeli kursi’ menjadi penentu peringkat.
Pe-kursi bisa dirintis dari bawah. Baik melalui
jalur wakil rakyat dan atau karir kepala daerah. Bisa langsung sesuai tiket di
tangan. Diuntungkan kondisi lapangan. Mendapat lawan tak seimbang, beda klas. Langsung
maindi ajang tingkat nasional. Pengalaman lain, pengalaman sejenis bisa menjadi
syarat administrasi.
Andai kalau ada manusia politik utawa politisi
sipil, muncul untuk tenggelam. Bukan karena apa-apa. Salah gosok malah menjadi
buram. Walau pantat gatal tak ketulungan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar