Halaman

Senin, 05 November 2018

hanya beda kelas syahwat politik


hanya beda kelas syahwat politik

Tidak bisa dibandingkan, disandingkan, ditandingkan antara pemain lama dengan pendatang baru. Cabor buku tangkis tidak mengenal klas sesuai BB atau batasan umur dan atau usia. Ganda campuran semakin membuktikan tidak ada unsur diskriminasi.

Rekam jejak pebulutangkis, tentu tidak bisa dikarbit atau diorbitkan bak politisi atau kawanan manusia politik. Tak salah memang jika buah tak akan jatuh, rontok menggelinding jauh dari pohonnya. Kiat dan rumus sukses adalah tiada hari tanpa raket. Tak bisa melihat net terbentang. Tangan gatal.

Puncak karir pebulutangkis bukan pada mampu meraih juara nasional atau mewakili NKRI di laga dunia. Ketika daya pukul sudah tidak bisa mematikan lawan, permainan belum usai. Atau daya juang hanya mampu langganan kalah angka, tidak serta merta gantung raket.

Peluang menjadi pelatih. Mendirikan partai politik badminton, dengan lambang kok warna putih. Modal nama beken, wajar jika buka warung. Tampang meyakinkan, bernilai jual, menjadi bintang iklan, model. Diimbangi pendidikan formal, elektabilitas, popularitas terjaga, siap dilirik pihak lain. Siap dipukul balik jika mental juara hanya sebatas lutut.

Bulu diidentikkan dengan ringan. Ketika kawanan bulu sejenis dikemas menjadi kok, bukan permainan ringan. Memukul ‘barang ringan’ perlu tenaga yang tak ringan. Meraih kursi yang tak ternilai, terukur pasti butuh tenaga ekstra. Kemampuan ‘membeli kursi’ menjadi penentu peringkat.

Pe-kursi bisa dirintis dari bawah. Baik melalui jalur wakil rakyat dan atau karir kepala daerah. Bisa langsung sesuai tiket di tangan. Diuntungkan kondisi lapangan. Mendapat lawan tak seimbang, beda klas. Langsung maindi ajang tingkat nasional. Pengalaman lain, pengalaman sejenis bisa menjadi syarat administrasi.

Andai kalau ada manusia politik utawa politisi sipil, muncul untuk tenggelam. Bukan karena apa-apa. Salah gosok malah menjadi buram. Walau pantat gatal tak ketulungan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar