Halaman

Senin, 26 November 2018

jati diri petugas partai, semakin dituduh semakin gaduh


jati diri petugas partai, semakin dituduh semakin gaduh

Kendati terkena razia OTT KPK, tersangka tetap bersikukuh tidak mengakui pasal yang dikenakan. Memakai busana tahanan KPK, tetap obral senyum. Status menjadi warga binaan tak mengurangi gaya merasa tak bersalah.

Apalagi kalau perampok dituduh maling, copet. Merasa direndahkan. Sudah jelas ahli mengeruk, mengeduk kekayaan alam Nusantara secara illegal namun dilakuikan secara kolektif kolegial, merasa bersih diri.

Semakin berlindung di bawah tukang jaga dan tukang pukul negara, awak merasa aman. Diperkuat dengan doa pemuka agama, semakin merasa digdaya. Tangan mengepal ke atas menantang dan cari lawan tanding sebabak.

Semakin tinggi menanjak, badai semakin kuat menerpa. Sensitivitas semakin peka, bukan untuk melihat ke bawah. Semakin kuat menggenggam dunia, semakin merasa diri hina dan tanpa daya. Gaya apapun akan dilakukan demi wibawa diri.

Mayoritas pembunuhan karakter pribumi totok dipicu, dipacu kasus dendam politik tak berkesudahan. Muncul sebagai juara umum, tetap tak akan puas. Tudingan bahwa dirinya mempunyai ajian bak Rahwana, malah membuat tersiksa. Terbukti tanpa sidang, karena memang begitulan jalur riwayatnya.

Dasamuka murung tanpa ujung, karena mukanya ditampar oleh sang isteri. Pasalnya, kesaktiannya akan luntur. Kebal terhadap segala senjata mematikan. Kebal hukum sudah jelas. Namun tidak kebal, tidak tahan rasa sakit.

Semakin manusia usianya bertambah sesuai perjalanan waktu, tak terasa waktu akhir sudah di depan mata. Semakin jauh melangkah, tak merasa tujuan malah semakin jauh. Dunia yang seharusnya ditinggalkan malah semakin ditekuni. Rahawana alias Dasamuka memang tak ada kapoknya. Tak ada matinya karena usia hasil tapa bratanya minta tujuh periode usai gunung Batur, gunung Merbabu. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar