Halaman

Rabu, 21 November 2018

generasi Nusantara mengungguli masa depannya


generasi Nusantara mengungguli masa depannya

Bermula berjuang menghadapi, melawan dan mengusir penjajah bangsa asing. Diimbangi strategi perjuangan diplomasi. Pasca Proklamsi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, atau lebih spesifiknya yaitu bakda bergulirnya reformasi mulai dari puncaknya, 21 Mei 1998. Terlahirlah generasi Nusantara yang pilih gelanggang, pilah lawan tanding. Generasi yang mahir menggunakan diplomasi atau daya mulut untuk berjuang melawan dirinya. Generasi yang ahli mendayagunakan tangan, ujung jari untuk membuat kalimat, rangkaian kata yang mampu menjebak, menjerat diri sendiri.

Ironis binti miris. Daya selektif generasi Nusantara, yang diwakili generasi medsos, terasa mandul, tumpul. Menjadi korban iklan. Bangga mengkonsumsi barang dan produk asing. Merasa menjadi penganut aktif budaya mancanegara. Yakin diri ditipu hidup-hidup oleh bayangan angan-angan sendiri. Penjajahan oleh bangsa sendiri di segala bidang kehidupan menjadi konstitusional.

Tahun politik 2018 dan 2019, daya cerdas ideologi terpacu, terpicu oleh aneka modus, serba rekayasa,  berbagai manipulasi strategi untuk menghadapi lawan politik. Menghadapi operasi senyap kamar sebelah. Terasa jelang pilpres 2019. Percaya diri menjadi barang langka. Antara kaki dan tangan saling mencurigai. Antara tangan kanan dengan tangan kiri, tidak kompak. Seolah tidak satu kendali otak.

Energi, emosi generasi Nusantara yang ber-medsos ria, tanpa sadar sudah mengambil jatah masa depannya. Diajukan ke masa kini. Paling bagus masih ada yang menyiapkan masa depan dengan potensi sekarang. Memformat masa depan dengan potensi terkini. Soal pas-pasan tidak jadi soal. Tindakan rutinitas, tipikal yang sesuai karakternya, yaitu tak pakai lama vs tidak perlu mikir.

Jangan salahkan mereka. Diberitahu dengan santun, hanya akan masuk telinga kanan dan langsung keluar. Masih ingatkah kawan akan pendidikan politik Nusantara, daya dong rendah vs telat mikir. Maksudnya, merasa bisa ketika berurusan dengan politik. Menguras akal untuk kegiatan yang tak masuk akal. Memperdaya akal sendiri demi sesuatu yang di luar akal. Kurang akal bisa mendayagunakan akal orang lain. Agar tampak berakal, tampil dengan gaya keakal-akalan.

Dengan kata lain, generasi Nusantara, tampil habis-habisan sampai kehabisan akal. Masuk ke periode 2019-2024 tinggal terjun bebas. Semakin bercermin, berkaca, semakin tak percaya diri. Stok kambing hitam sudah ludes di periode sebelumnya. Mau main adu domba, merasa dirinya adalah domba politik. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar