generasi
Nusantara mengungguli masa depannya
Bermula berjuang
menghadapi, melawan dan mengusir penjajah bangsa asing. Diimbangi strategi
perjuangan diplomasi. Pasca Proklamsi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, atau
lebih spesifiknya yaitu bakda bergulirnya reformasi mulai dari puncaknya, 21
Mei 1998. Terlahirlah generasi Nusantara yang pilih gelanggang, pilah lawan tanding.
Generasi yang mahir menggunakan diplomasi atau daya mulut untuk berjuang
melawan dirinya. Generasi yang ahli mendayagunakan tangan, ujung jari untuk
membuat kalimat, rangkaian kata yang mampu menjebak, menjerat diri sendiri.
Ironis binti
miris. Daya selektif generasi Nusantara, yang diwakili generasi medsos, terasa mandul,
tumpul. Menjadi korban iklan. Bangga mengkonsumsi barang dan produk asing. Merasa
menjadi penganut aktif budaya mancanegara. Yakin diri ditipu hidup-hidup oleh
bayangan angan-angan sendiri. Penjajahan oleh bangsa sendiri di segala bidang
kehidupan menjadi konstitusional.
Tahun politik
2018 dan 2019, daya cerdas ideologi terpacu, terpicu oleh aneka modus, serba
rekayasa, berbagai manipulasi strategi untuk
menghadapi lawan politik. Menghadapi operasi senyap kamar sebelah. Terasa
jelang pilpres 2019. Percaya diri menjadi barang langka. Antara kaki dan tangan
saling mencurigai. Antara tangan kanan dengan tangan kiri, tidak kompak. Seolah
tidak satu kendali otak.
Energi, emosi
generasi Nusantara yang ber-medsos ria, tanpa sadar sudah mengambil jatah masa
depannya. Diajukan ke masa kini. Paling bagus masih ada yang menyiapkan masa
depan dengan potensi sekarang. Memformat masa depan dengan potensi terkini. Soal
pas-pasan tidak jadi soal. Tindakan rutinitas, tipikal yang sesuai karakternya,
yaitu tak pakai lama vs tidak perlu mikir.
Jangan salahkan
mereka. Diberitahu dengan santun, hanya akan masuk telinga kanan dan langsung
keluar. Masih ingatkah kawan akan pendidikan politik Nusantara, daya dong
rendah vs telat mikir. Maksudnya, merasa bisa ketika berurusan dengan politik.
Menguras akal untuk kegiatan yang tak masuk akal. Memperdaya akal sendiri demi
sesuatu yang di luar akal. Kurang akal bisa mendayagunakan akal orang lain.
Agar tampak berakal, tampil dengan gaya keakal-akalan.
Dengan kata
lain, generasi Nusantara, tampil habis-habisan sampai kehabisan akal. Masuk ke
periode 2019-2024 tinggal terjun bebas. Semakin bercermin, berkaca, semakin tak
percaya diri. Stok kambing hitam sudah ludes di periode sebelumnya. Mau main
adu domba, merasa dirinya adalah domba politik. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar