barisan
anti-sosial, masyarakat tunalaras dipelihara penguasa
Masyarakat yang
dinamis adalah yang siap, sigap, siaga dan selalu melakukan perubahan peradaban
di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan keimanan individu
masyarakat, berkeimanan sosial bangsa menjadi perkuatan pondasi religius.
Semakin banyak
pilihan menjadikan insan berketuhanan semakin loyal kepada satu produk, orang.
Bukan melihat sistem secara keseluruhan. Apa yang di depan mata, tertangkap
oleh indra penglihatan, sontak dianggap terbaik. Bak terlanda dahaga, air
berwujud apapun lebih berharga ketimbang emas.
Hak prerogatif
manusia atas bumi, dirasa masih jauh dari nafsu angkara. Utusan Allah swt yang
memantapkan laku manusia yang diciptakan oleh-Nya sebagai Khalifah (penguasa)
Allah di muka bumi.
Kita simak ulang
firman-Nya, tercantum di (QS Faathir [35]:39) :
”Dia-lah yang menjadikan
kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat)
kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.”
Tanpa disadari, akhirnya
umat manusia yang penganut aktif produk TIK dengan segala gaya dan daya
menjurus ke tindak-tanduk, olah-polah yang tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka.
Kondisi di atas,
sesuai keseimbangan alam, ada pihak yang meraup keuntungan. Mereka diberi
kebijakan khusus agar menjadi anak manis, anak mama, penurut menjadi pengikut
yang setia total kopral. Tak kenal kata tuntut. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar