Halaman

Selasa, 27 November 2018

barisan anti-sosial, masyarakat tunalaras dipelihara penguasa


barisan anti-sosial, masyarakat tunalaras dipelihara penguasa

Masyarakat yang dinamis adalah yang siap, sigap, siaga dan selalu melakukan perubahan peradaban di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan keimanan individu masyarakat, berkeimanan sosial bangsa menjadi perkuatan pondasi religius.

Semakin banyak pilihan menjadikan insan berketuhanan semakin loyal kepada satu produk, orang. Bukan melihat sistem secara keseluruhan. Apa yang di depan mata, tertangkap oleh indra penglihatan, sontak dianggap terbaik. Bak terlanda dahaga, air berwujud apapun lebih berharga ketimbang emas.

Hak prerogatif manusia atas bumi, dirasa masih jauh dari nafsu angkara. Utusan Allah swt yang memantapkan laku manusia yang diciptakan oleh-Nya sebagai Khalifah (penguasa) Allah di muka bumi.

Kita simak ulang firman-Nya, tercantum di (QS Faathir [35]:39) :
”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.”

Tanpa disadari, akhirnya umat manusia yang penganut aktif produk TIK dengan segala gaya dan daya menjurus ke tindak-tanduk, olah-polah yang tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

Kondisi di atas, sesuai keseimbangan alam, ada pihak yang meraup keuntungan. Mereka diberi kebijakan khusus agar menjadi anak manis, anak mama, penurut menjadi pengikut yang setia total kopral. Tak kenal kata tuntut. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar