Halaman

Kamis, 22 November 2018

éfék domino anéka ujaran penguasa


éfék domino anéka ujaran penguasa

Pembaca olahkata saya ini, disinyalir sudah banyak mencerna tentang bahaya utama maupun bahaya samping dari penyalahgunaan bahasa. Bahasa tutur, lisan, ucap, cuap, ujar maupun bahasa tulis tangan, ketik. Sedemikian keterbahayaannya, sehingga mampu mempengaruhi, menentukan kinerja otak yang berfungsi sebagai pusat kendali tubuh.  Dampak ringannya fakta tersebut pada seluruh tugas dan fungsi tubuh.

Saya ajak pemirsa untuk mengingat olahkata yang bergaya non-medis: “generasi Nusantara, cepat matang luar vs malas gedhé”. Jelas yang tersurat memang terdeteksi dampak biologis, psikologis, sosiologis.

Dampak ideologis, sebagai hal yang tersurat, masih dalam proses. Mengacu salah satu kata kunci pada judul, tak salah praanggap pembaca.

Aneka ujaran penguasa dan atau loyalis yang terserap bebas oleh mata dan atau telinga, akan memacu kinerja otak secara overkapasitas. Pola illegal ini didaulat sebagai stimulan. Maksudnya, si pembuat ujaran dan atau tulisan, kinerja otaknya bak kuda liar. Timbul rasa nasionalisme yang mengglobal, energi menjadi berlipat, rasa curiga tanpa alasan menjadi sensitif, interaksi dengan orang lain hanya merasa bahwa dirinya yang baik dan benar.

Sedemikannya, sehingga rasa percaya diri menjadi barang langka. Antara kaki dan tangan saling mencurigai dan tidak saling menghargai. Antara tangan kanan dengan tangan kiri, tidak kompak. Seolah tidak satu kendali otak.

Penyalahgunaan bahasa memiliki juga berpengaruh terhadap kinerja sistem saraf. Memanganya ada dan apa bunyi kongkritnya. Mengacu pada karya tulis ahlinya dan sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan judul. Didapatkan hasil asal:

Gangguan saraf sensorik. Gangguan ini terdeteksi pada timbulnya rasa kebas, kesemutan pada lidah dan jari kaki. daya kerja hati kecil menjadi samar-samar. Dimungkinkan berakhir atau masuk stadium buta mata hati.

Gangguan saraf otonom. Gangguan ini menyebabkan aksi fisik anggota badan yang tidak diharapkan melalui pola gerak motorik. Sehingga orang yang dalam keadaan agak-agak, mampu bertindak apa saja di luar jati dirinya. Misalnya saat mabuk kursi, sang oknum malah merasa jagoan. Kebal hukum.

Gangguan saraf motorik. Gerakan ini nyaris tanpa koordinasi internal dengan sistem motoriknya. Mirip gaya sang penguasa sedang ‘on’ atau ‘in’. Kepala atas bisa manthuk-manthuk sendiri secara ritmis.  Aroma irama gerakan baru terkontrol saat pengaruh rasa malunya muncul.

Gangguan saraf vegetatif. Sebagai gong yang ditunggu suaranya. Terkait penggunaan bahasa secara benar, baik, bagus. Biasanya yang terucap maupun tertulis di luar sadar diri. Ironis binti miris, jika penguasa dan atau loyalis, merasa tak berharga jika tidak menggunakannya.

Masih banyak gangguan yang tidak permanen. Muncul dadakan di setiap tahun politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar