Halaman

Jumat, 02 November 2018

kampanye politik, semakin basi semakin sarat janji


kampanye politik, semakin basi semakin sarat janji

Adalah di periode 2014-2019, pemerintah mampu menghadirkan, menyajikan pilkada serentak dan pemilu serentak. Segudang ahli, pengamat politik adu kiat. Nyatanya masih terjadi pasangan tunggal yang ikut pilkada serentak. 

Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan digelar serentak pada Rabu, 17 April 2019. Tak masalah terjadilah bak  tanding ulang pilpres 2014. Beda di cawapres dua pasang kontestan.

Rakyat jadi lupa fakta bahwasanya negara bukan milik partai politik. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan oleh pemenang pesta demokrasi.

Pembaca boleh lupa, bahwasanya saya pernah menayangkan olahkata di blogspot bertajuk :
o      gonjang-ganjing tahun politik, curi start kampanye vs gali kuburan sendiri;
o      Kampanye Hitam vs Skenario Istana’
o      koalisi kampanye negatif, duduk sama menjinjing vs berdiri sama memikul;
o      sisi kelam kampanye negatif, politisi butuh dana vs pengusaha butuh kebijakan publik.

Apa saja pokok dan substansi kampanye politik di pilkada maupun atau bahkan pemilu 2019, tentu bukan barang baru. Faktor pembeda hanya pada cara berujarnya saat debat politik. Antara pejawat dengan rival hanya beda klas syahwat politik.

Artinya, sama-sama bersaing memperebutkan kursi kekuasaan yang sama. Cuma beda kendaraan politik. Kandidat pejawat bukannya tak sport jantung. Rakyat yang akan menggunakan hak pilihnya bak makan buah simalakama.

Masih ingatkah akan karakter dasar sebagai negara yang masih, sedang, selalu, akan berkembang adalah:
Pertama. Butuh dana yang tak terhitung untuk meraih kekuasaan.
Kedua. Butuh biaya yang tak teranggarkan untuk mempertahankan kekuasaan.
Ketiga. Butuh modal pembangunan negara yang ‘tak terduga’ selama menjalankan kekuasaan.

Jadi, mau dikemanakan lagi Pancasila . . . [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar