Halaman

Senin, 05 November 2018

kisah trisukses 2014-2019


kisah trisukses 2014-2019

Tanpa menyebut nama, merk, lambang, kemasan, warna, status, DNA maupun ciri umum, indikasi visual, fisik.

Tanpa mengurangai takaran rasa hormat kepada pihak tersebut yang tidak dapat disebutkan satu-persatu sesuai kalimat pembuka. Maka dari itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, sejarah membuktikan. Sesuai judul.

Tanpa berniat menyusahkan pembaca. Selama lima tahun pasti ada kisah yang masuk kategori sukses. Tidak perlu pakai skala. Tidak perlu dibandingkan, disandingkan, ditandingkan dengan periode sebelumnya. Langsung saja diutarakan, diketengahkan dengan pengibaratannya.

Sukses Pertama. Tata niaga korupsi sudah sedemikian rinci, runtun, runut periwayatannya. Seolah sudah menjadi bagian integral dari sistem pemerintahan maupun negara multipartai. Memudahkan aparat penegak hukum untuk melacak sekaligus memutus mata rantai. Atau melakukan pencegatan di awal. Namun apa daya, episode “Buaya vs Cicak” tanpa berkesudahan. Bukti otentik, orisinal, tulén bahwa tipikor bukan tindakan nista. Perilaku korup sebagai ekses cerdas ideologi.

Sukses Kedua. Tata Gatra wibawa negara semakin meneguhkan keyakinan penyelenggara negara untuk maju melangkah dan melangkahi pihak mana saja. Acap kebentur, kesandung, keblusuk, ketatap, kejedut, ketanggor tetap melaju pantang surut. Tidak ada kata malu, segan, risi. Memang tahu diri. Dirinya siapa. Semakin dipoles, diolesi semakin tampak berwibawa. Apakah kondisi ini terkait dalil “apesing negoro margo panguwasa demen noto CPW (citra, pesona, wibawa)”. Tanyakan ke sopir bajaj.

Sukses Ketiga. Tata Laras politik uang sudah terdeteksi sejak dalam kandungan. Omong kosong di siang bolong, argo sudah berdetak. Semakin angan-angan mengangkasa, panggilan rupiah semakin nyata. Sebegitunya, apa tidak tendensius. Lebih elegan lagi dengan pola nabok nyilih tangan, mikir nganggo uteke liyan. Sukses ketiga ini disinyalir sudah sampai ke peringkat bahwasanya pendidikan politik Nusantara, daya dong rendah vs telat mikir.

Karena periode belum tuntas, narasi ini cukup sekian. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar