Halaman

Minggu, 25 November 2018

sekali Ulama tetap Ulama


sekali Ulama tetap Ulama

Perjuangan umat Islam untuk meraih, mendapatkan, memperoleh prestasi dan konsistensi, terus diuji oleh peradaban. Tantangan pertama, utama, masif dan menerus adalah sikap diri. Semakin ilmu agama bertambah, berbanding lurus dengan semakin banyak hal yang tak diketahuinya.

Daya juang umat Islam untuk mampu menunaikan ibadah haji, menjadi perjuangan tanpa batas waktu. Sebutan, panggilan, haji atau hajah, bukan sekedar status keislaman. Wajib tampak nyata di kegiatan hari demi hari. Lebur dengan lingkungan namun tetap berjati diri. Bahkan bisa menjadi pengayom masyarakat.

Generasi umat Islam yang belum memasuki masa akil baliq, tetap dipersiapkan keislamannya. Bahkan sejak dalam kandungan. Faktor ajar dimulai ketika seorang lelaki mencari calon ibu untuk anak-anaknya.

Akankah perjuangan umat Islam yang sudah pada puncak prestasi, bisa terjun bebas. Lepas dari ketetapan-Nya. Daya tarik kehidupan dunia memang tampak atraktif, provokatif, menggiurkan, melenakan, menjanjikan tunai. Iblis pembisik, penggoda dipakai, diambil yang jam terbangnya memenuhi syarat adminsitrasi. Bahkan yang sudah praktik jauh sebelum manusia pertama, nabi Adam as, diciptakan oleh Allah swt.

Tampilnya Ulama di gelanggang politi memang pada halikatnya Islam mengenal politik. Rasulullah saw berperan pula sebagai kepala pemerintahan, kepala negara, pemimpin bangsa.

Dorongan dari umat agar Ulama tampil, sebagai hal yang wajar. Banyak ahli yang sudah membedah ikhwal ini. Namun jika diajak penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya, persoalan sebenaranya akan terkuak. Ketika orang mau tenggelam, tangan meraih apa saja untuk pegangan. Tak ada akar, rotan pun jadi. Jika umat Islam ambil sikap pasif. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar