sekali
Ulama tetap Ulama
Perjuangan umat
Islam untuk meraih, mendapatkan, memperoleh prestasi dan konsistensi, terus
diuji oleh peradaban. Tantangan pertama, utama, masif dan menerus adalah sikap
diri. Semakin ilmu agama bertambah, berbanding lurus dengan semakin banyak hal
yang tak diketahuinya.
Daya juang umat
Islam untuk mampu menunaikan ibadah haji, menjadi perjuangan tanpa batas waktu.
Sebutan, panggilan, haji atau hajah, bukan sekedar status keislaman. Wajib tampak
nyata di kegiatan hari demi hari. Lebur dengan lingkungan namun tetap berjati
diri. Bahkan bisa menjadi pengayom masyarakat.
Generasi umat
Islam yang belum memasuki masa akil baliq, tetap dipersiapkan keislamannya. Bahkan
sejak dalam kandungan. Faktor ajar dimulai ketika seorang lelaki mencari calon
ibu untuk anak-anaknya.
Akankah perjuangan
umat Islam yang sudah pada puncak prestasi, bisa terjun bebas. Lepas dari
ketetapan-Nya. Daya tarik kehidupan dunia memang tampak atraktif, provokatif, menggiurkan,
melenakan, menjanjikan tunai. Iblis pembisik, penggoda dipakai, diambil yang
jam terbangnya memenuhi syarat adminsitrasi. Bahkan yang sudah praktik jauh
sebelum manusia pertama, nabi Adam as, diciptakan oleh Allah swt.
Tampilnya Ulama
di gelanggang politi memang pada halikatnya Islam mengenal politik. Rasulullah
saw berperan pula sebagai kepala pemerintahan, kepala negara, pemimpin bangsa.
Dorongan dari
umat agar Ulama tampil, sebagai hal yang wajar. Banyak ahli yang sudah membedah
ikhwal ini. Namun jika diajak penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya, persoalan
sebenaranya akan terkuak. Ketika orang mau tenggelam, tangan meraih apa saja untuk pegangan. Tak ada
akar, rotan pun jadi. Jika umat Islam ambil sikap pasif. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar