daya
utang negara vs daya belanja masyarakat
Tengah
malam, pas matahari di ujung lain poros bumi. Santai sejenak jelang beradu,
temani petugas jaga malam. Ternyata kehidupan belum reda. Ganti acara dan
pemain. Selalu terjadi jika saya ada niat dan waktu luang untuk perihal yang
tak jauh beda.
Jika tampak
di gardu jaga, ada kerumunan warga, langsung ikut berdiri. Diawali dengan
salaman. Maklum banyak petua, minimal yang pernah jadi pemuda. Bicara santai
tapi ringan jika ada pejabat teras RT. Ketua RT yang masih aktif sebagai ASN.
Kembali
ke niatan mengolah kata. Masih saja premotor maupun mobil yang liwat, masuk
atau pulang. Salah banyaknya adalah jasa angkutan orang dan atau barang. Warga
ingin minum saja pesan secara online. Atau asupan gizi penghangat badan.
Pulang kerja malam atau lembur, hal biasa.
Pola
belanja pesan antar, tentu ada pihak yang diuntungkan secara ekonomis. Pihak
yang tak sepihak, merasa dirugikan. Karena tak menyangkut nama baik, harga
diri, wibawa negara maka tak ada pihak yang ajukan mosi. Kehidupan di
masyarakat berjalan aman-aman saja. Kalau ada gesekan, biasanya soal
ketaksengajaan yang berulang.
Penjaja
makanan yang spesial keluar malam, tetap setia keliling lingkungan. Dilengkapi
dengan media online. Bisa dipanggil atau menerima porsi pesanan partai
keluarga. Fleksibel, termasuk ikut nongkrong dan nangkring dengan warga yang
susah tidur.
Sejalan
dengan waktu subuh, sudah ada toko non-tradisional yang sudah siap. Memang di
jalan tersebut, warung buka 24 jam. Kehidupan ekonomi rakyat papan bawah tak
pernah mati suri. Pedagang B3 (barang bekas berkualitas) pun mengalami
regenerasi. Tak mau kalah gengsi, adalah profesi pemulung, tukang parkir yang
diwariskan.
Di atas
kertas, perputaran uang di tangan rakyat, nyaris tak ada hentinya. Mengikuti
jalur, sesuai falsafah air, ada gula ada semut. Uang logam 500 Rp masih
berharga di tangan pengatur lalu lintas. Lokasinya malah menjadi ajang
perebutan.
Skala
negara, perputaran uang di dasar negara, di pasar rakyat, tak menambah gengsi. Oleh
sebab itu perlu putaran uang arus atas, untuk mendongkrak wibawa negara. Yang
mana, di mana akan mampu menenggelamkan Nusantara dalam tumpukan ULN. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar