di bawah tempurung zona
politik merah nusantara
Bukan pamali, atau memang tak pakai aturan dimaksud. Soal tahu tata hidup
bersama makhluk hidup. Ada aturan baku yang tak tertulis. Bukan sekedar paham
sama paham. Kalau dilanggar tanpa sadar, tanpa sengaja, tanpa rencana ternyata
berdampak yang membuat manusia baru tahu. Soalnya, berkehidupan ada dalil dan
butuh ilmu.
Tradisi mudun lemah, mudun tanah atau tedhak siten. Mengikuti laju zaman,
lebih murah meriah dengan balik nama, ganti nama agar komersial, berwibawa, dan
berbobot serta jaminan mutu. Pembanyol suka pakai nama julukan yang sederhana. Tidak
mentereng dan ngejreng. Tidak menunjukkan
aliran darah, silisilah dan pemakan bangku sekolah.
Ada nama ada laku. Keberatan nama menjadi petaka. Kewajiban orang tua
termasuk memberikan nama anak dengan nama yang mengandung kebaikan. Bukan asal
pasang, pajang deretan nama. Nama adalah doa, harapan masa depan. Ketika orang
lupa dengan kebaikan masa lalu. Atau berkehidupan sekedar kewajiban, syarat
formal, tuntutan peradaban.
Logistik kehidupan membuat orang cari cara praktis, ekonomi dan hasil
optimal. hidup tidak membumi, tidak menapak tanah. Rumah tapak nerupakan rumah
tanpa halaman. Daya belanja dan dorongan gengsi. Apartemen menjadi pilihan
ideal. Soal interaksi sosial memanfaatkan jasa teknologi informasi dan
komunikasi.
Pemantapan lokus di tingkat tapak, akar rumput, di masyarakat papan bawah,
kelompok masyarakat kurang beruntung, uneducated people, permanent
underclass, kalangan pribumi asli keturunan, paguyuban bumiputera, namanya
ideologi bebas, tak dikenal. Apalagi ideoogi tiban dari mancanegara, dari pihak
ketiga.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar