nangka matang pohon,
protokol kesehatan plus memuliakan tetangga
Aspek aroma wangi alami nangka matang pohon. Tumbuh tak sengaja dekat pagar
depan. Condong ke pintu pagar kejar terpaan optimal sinar matahari. Posisi di
lintas edar matahari timur-barat. Rumah hadap ke utara. Pihak pengguna jalan, walau
sudah tersensor portal di tutup antisipasi agresi covid-19 lokal. Merasa hidung
rasanya cium semerbak. Apalagi tetangga yang setip saat liwat.
Tetangga depan rumah, 20 tahun lebih berumur daripada penulis. Pernah tanya
sederhana, susah dijawab: “nangka ini pernah berbuah . . . ?”. Kali ini, saat
panen perdana, sebuah sudah memadi. Juru kupas harus kumpulkan energi sebelum
beraksi. Hasilnya, amankan biji atau beton. Daging dibagi ke tetangga. Biasanya
dibawa ke kantor.
Siang tadi tetangga depan rumah sudah santap. Sekedar tahu rasa, bukan
hanya bau-bau sampai. Oplosan jus cincau dengan nangka. Semula warna kuning
dominan, tak perlu disaring. Mengaduk jus cincau memakan waktu. Tetes demi
tetes, pakai saringan santan. Akhirnya warna hijau balik yang dominan. Masuk mulut
liwat proses kunyah agar terdeteksi. Bisa porsi besar. Tepatnya, diolah
sendiri, dihabiskan sendiri tanpa bantuan juru kupas nangka.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar