mbokdé mukiyo, wong cilik ojo
diliciki
KILAS BALIK PILKADA SERENTAK 2018
Tidak bisa dipungkiri, diingkari
kalau selama proses pilkada seretntak 2018, yang para pihak sudah start jauh
tahun. Namanya rawan politik, jangan dilihat korban minimalnya atau dampak
terkecilnya. Tetapi akankah demokrasi hanya berjalan saat pilkada. Jangan sampai
karena daerah rawan konflik politik. Rawan politik memang tak terukur. Yang
resmi adalah konflik sosial. Pertama, apaguna ada polda provinsi sampai lapis
bawah. Jangan sampai ada dalil bahwasanya sebaiknya mendagri dari unsur pati
Polri aktif.
BALIK KE PILKADA SERENTAK 2020
Pemerintah lebih takut adnya kondisi
rawan konflik politik daripada rawan pangan akibat agresi pandemi covid-19.
Media massa yang bijak mampu membaca niat baik pemerintah. Mereka dengan cerdas
menjalankan skenario yang bukan sekedar ambil untung. Masuk strata pengatur
biang keruh.
Bisa jadi penganut setia sampai
pengikut pasif LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) berhak
mendirikan partai politik. Minimal buka usaha jasa, cabang dari parpol internasional,
multipihak, khususnya negara maju, supermodern. Apalagi negara kiblat politik
penguasa.
Lepas dari data berapa provinsi plus
jumlah kabupaten/kota mendapat giliran pilkada serentak 2020. Penyakit politik
bisa bertambah varian, muncul jenis baru. Elite lokal tentu tak mau nikmat
kursinya terganggu. Sirkulasi, siklus, ditribusi kekuasaan konstitusional bak
acara warisan, arisan trah golongan darah “biru”.
Semula pihak berwajib tidak pernah
mengasumsikan akan ada calon tunggal di pilkada serentak tahap pertama 9 Desember 2015. Untuk kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang memasuki Akhir Masa Jabatan (AMJ) 2015 dan semester pertama 2016. Bahkan
saat itu ada daerah yang belum punya calon.
Sejak dikenalnya fenomena golongan
putih (golput), pihak yang layak disalahkan adalah pemilik hak sipil dan politik.
Faktor eskternal yang bisa mempengaruhi sampai menentukan tekad ber-golput
hanya menambah cidera demokrasi, cacat demokrasi sejak belum lahir.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar