Halaman

Rabu, 09 September 2020

negara pancasila vs prostitusi dalam jaringan


negara pancasila vs prostitusi dalam jaringan

Menyimak “indikator penyelenggaraan kabupaten/kota sehat”, tatanan 9: kehidupan sosial yang sehat, 2017. Tampilan tabel. Tatanan, indokator khusus, kehidupan sosial yang sehat. Total ada 17 item. Berbasis no 4:

Menurunnya jumlah tuna susila:
a.         Menurun
b.         sama dengan tahun sebelumnya
c.         Meningkat ....%

Pemaknaan lepas dari angka pada ‘score’ dan memang tidak disajikan. Format disusun 2017, padahal sudah ada praktik on-line alias dalam jaringan. Semakin tenar, familiar, berkelas ada embel-embel ongkir gratis.

Justru kebalikan dari sebutan media massa mainstream, menjadi andalan generasi penyuka gawai. Mulai dari generasi napak tanah sampai generasi bau tanah. Keberanian berujar bahasa tulis kian atraktif berkat masker anti pandemi agresi covid-19.

Nyaris lupa dengan idiom ‘tuna susila’. Seolah berlaku pada semua gender. Sah-sah saja karena sejalan dengan aksi nyata LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Jalan bareng di panggung politik nusantara.

Berkat negara multipartai, multibencana maka oleh karena itu sebutan pelacur politik – dalam jaringan atau luar jaringan – menjadi konstitusional, legal dan tidak dapat dikriminalisasikan apalagi dipidanakan. Rawan politik memang tak terukur. Yang resmi adalah konflik sosial. Sertifikasi pelacur politik.

Wong cilik sing mujur ngalor, akan ditiadakan dari muka bumi secara sistematis.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar