Halaman

Kamis, 17 September 2020

pandai-pandai membawakan pantat sendiri

 

pandai-pandai membawakan pantat sendiri

 

Sistem politik Indonesia diangkat dari kehidupan nyata bermasyarakat. Tidak jauh dari riwayat galian sila-sila dasar negara. Masalah klasik, segala sesuatu berbau rakyat, menyangkut nasib rakyat dan perjalanan hidup rakyat, menjadian penguasa alergi, apriori, antipati. Daya cengkeram partai politik yang merasa pro-rakyat, menjadi katalisator aktif stratifikasi masyarakat.

 

Degradasi lingkungan politik, ekosistem politik maupun degenerasi tidak terlepas dari kehidupan sosial ekonomi setiap peradaban manusia politik. Khususnya pihak yang menentukan kebijakan partai. Serakah politik sudah melampaui ambang batas kesabaran alam. Manusia (serigala) politik dimana pun bercokol, mampu “menentukan” kebijakan alam.

 

Masyarakat kurang beruntung vs peruntungan politik penguasa. Simbol kewibawaan formal dari suatu negara yang berdaulat dan  memperoleh pengakuan internasional seperti bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan. Wibawa negara juga ditentukan nilai jual, nilai tukar wibawa kepala negara.

 

Masyarakat yang dinamis adalah yang siap, sigap, siaga dan selalu melakukan perubahan peradaban di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan keimanan individu masyarakat, berkeimanan sosial bangsa menjadi perkuatan pondasi religius.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar