minder
nanging nyander
Tentunya bukan motto pengguna aktif mulut mulut sendiri.
Tidak suka, silahkan keluar dari nusantara. Pura-pura tak dengar bikin hati
meradang. Tak terkecuali moncong politik bebas tanpa kendali mutu. Ironis binti
miris, dengan tuannya saja tidak kenal. Setiap pihak sekedar liwat, langsung
,menyalak, menggonggong tanda setia.
Interferensi morfologis bahasa politik ke adab bernegara,
tak sengaja sebagai penyaring, penyeleksi
alami. Sebut saja contoh nyata peolok-olok politik. Media massa
berbayar, dengan sigap memanfaatkan momentum perang urat syaraf. Ujaran kebencian,
kebancian dari cangkem semua pihak. Khususnya penguasa, penyelenggara negara,
alat negara. Sesuai kaidah gramtikal bahasa politik, tidak bisa paki asas
banding, sanding, tanding dengan nilai moral.
Politik induk menunjukkan orentasi, haluan politik masuk
sistem politik global. Bagian integral masif dari organisasi internasional. Agar
tampak merakyat, memakai ungkapan makian, cemoohan, hardikan yang akrab,
familier di kuping rakyat. Bahasa tubuh memperkuat modal atau isi perut.
Multipartai identik peluang meluncurnya bahasa gado-gado.
Berjudi dengan ujaran diri. Multibahasa, antara bahasa preman jalanan dengan
preman partai politik, adu nyaring. Beda dengan pengolah kata, pembauran antar
bahasa, menambah wawasan peradaban. Jangan andalkan hafalan berbahasa.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar