nusantara sarat doa syarat
Wajar bin nalar, jika kawanan politisi sipil merasa
loyalisnya berjubel segala label. Kaderisasi dianggap sukses. Bahkan alat negara,
masih aktif, dinonaktifkan, mantan atau sebutan lainnya, béla tampa (ikut
menerima) demi kursi dan nikmat dunia.
Tidak ada pasal béla pati (membela kematian orang lain). Laku
sampaikan ujaran béla sungkawa (berduka cita, melayat) sudah sah merasa punya rasa peduli
sesama tapi belum tentu senasib.
Maunya pakai pasal ambek adil paramarta (penuh dengan
rasa adil dan bijaksana). Daya nalar politik yakin dengan tidak ada makan siang
gratis. Keluar dari WC Umum saja berbayar. Walau ada jawilan dari bala dhéwé, ada
sinyal positif dari kanca dhéwé. Belum berakhir, pada acara andum slamet (saling
mendoakan selamat). Dikira ada andum kursi, bancakan kursi, rayahan kursi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar