Halaman

Selasa, 22 September 2020

peujar ajaran agama tanpa modal akal sehat

peujar ajaran agama tanpa modal akal sehat

Majelis ilmu liwat tatap muka maupun tatap olah kata, tetap mengutamakan, mengedepankan etika, adab berbahasa secara benar, betul, baik, bagus. Hal yang pahit tetap dikatakan pahit. Sebaliknya, ikhwal manis tetap diutarakan memang manis. Tanpa bahasa diplomasi untuk menyenangkan pihak tamu.

Kalimat pembuka, pengantar tema bisa mencuplik suatu ayat atau bahkan satu surah secara utuh. Alternatif lain, masuk substansi untuk mempertegas bahasan, bisa mencuplik, mencomot ayat dimaksud. Ragam bahasa agama punya karakter, spesifikasi, ciri khas. Minimal ada batasan rumpun, pohon, cabang ilmu dan keilmuan.

Banyak peujar, peantar yang memakai kalimat versi diri sendiri. Agar dikira tampak cerdas bin waras. Akhirnya malah bangga bisa mengoplos, mendaur ulang, mengkanibal kalimat yang hanya hak milik, dipunyai orang bebal berkeluh kesah, memaki, menghardik, mengumpat, menghujat vs menjilat. Lebih dahsyat ketimbang peolok-olok politik.

Kondisi terkini berkelanjutan, berita fasik yang disampaikan oleh golongan manusia fasik, lebih berbahaya ketimbang ocehan hafalan.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar