dilema negara Pancasila,
penurunan daya ingat vs lemah syahwat politik
Kebalikannya. Demam panggung, sekarat politik, minimal banyak karat dalam,
daki, bolot luar. Terbukti ujaran politik nista abadi oleh tokoh lalu lintas
kiri. Menjadi pemacu pemicu tindak anarkis politik vs politik anarkis. Pengamat
politik nusantara juga ikut geli binti geliat badan tanda heran bin takjub.
Hanya bisa dilakukan oleh partai politik bagian integral parpol
internasional. Dialami parpol model zaman penjajah Belanda. Landasan ideologi yang dipakai adalah class conflict. Kumpulan
aktivis sayap kiri melakukan serangan balik alias menusuk dari dalam. Memanfaatkan
konsolidasi bangsa, momentum, oportunitas penguasa menghadapi agresi pandemik
covid-19, malah melahirkan oportunisme berkelanjutan.
Padahal, peribahasa Jawa bertutur
ringan “janma angkara mati murka”. Makna sederhananya, manusia angkara
meninggal serakah. Diuraikan, menjadi 'manusia angkara tertimpa musibah karena
keserakahannya’.
Wong
serakah mati karena keserakahannya. Serakah merupakan sifat dasar manusia yang
perlu dihindari. Untuk itu, orang Jawa berprinsip pada sakmadya, secukupnya, seadanya,
sedang-sedang saja, pas. Kalau banyak jangan terlalu kebanyakan, kalau sedikit
jangan terlalu sedikit.
Tak
ada kaitan dengan fakta anak cucu ideologis tak ada matinya. Tak ada rasa kapok,
jera. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Interaksi dan intergrasi sosial.
Sentuhan peradaban, memunculkan sifat dan perilaku. Metode salah asah, kurang
asuh, keliru asih menjadikan anak bangsa merasa bisa.
Perhatikan
ungkapan maknawi babat, bibit, bebet, dan
bobot kemanusian. Watak bersifat netral.
Bukan sebagai stigma atau konotatif. Dibedakan antara watak baik dan watak
buruk. Guyon maton wong Jawa: “lara weteng bisa ditambani, lara watek dienteni
nganti mati”. Ungkapan itu bermakna 'sakit perut dapat disembuhkan, tetapi
kalau wataknya yang sakit, kesembuhannya hanyalah kalau ia sudah meninggal'.
Ironis
binti miris, menyebut watak yang buruk sebagai penyakit yang tidak bisa
disembuhkan. Sejarah membuktikan, jika si penyandang watak buruk, menemukan lingkungan
yang tepat. Tumbuh kembang sebagai potensi diri. Merasa bisa. Cocok untuk
petugas partai. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar