segitiga
kesamaan politik nusantara
Unsur tindak pidana politik, jika diuraikan
panjang-lebar, maju-mundur, kembang-kempis malah fakta bukti orisinal, otentik
dan masih tampak benang merahnya. Kendati hanya terjadi di haluan partai
politik merah kiri. Jalan terus. Mau lurus, ingat politik tak kenal kawan sendiri.
Aksi propaganda, promosi, provokasi yang menjadi gaya
politik PKI mengalami penyesuaian diri, adaptasi dan muncul di semua lini
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Ujaran kebencian, ajaran kebancian
dari cangkem semua pihak. Khususnya penguasa, penyelenggara negara, alat
negara. Sesuai kaidah gramtikal bahasa politik, tidak bisa paki asas banding,
sanding, tanding dengan nilai moral.
Multipartai identik peluang meluncurnya bahasa gado-gado,
bahasa gaul politik multipihak global. Berjudi dengan ujaran diri agar tampak
rendah hati. Multibahasa, antara bahasa preman jalanan dengan preman partai
politik, adu nyaring. Asas sama rasa – sama rasa – sama raba. Memadukan unsur
kesengajaan dengan unsur kelalaian sesuai skenario politik global, menjadi
semboyan politik bawah sadar. Bebas hukum apapun.
Tekanan batin politik karena kelamaan duduk manis di
antrian. Atau wis edan tenan tetep ora keduman. Lidah semakin pipih
untuk menjilat tapi juga semakin tajam untuk menghujat.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar