ngulungaké endhasé anggujengi buntuté
Peribahasa bahasa Jawa yang berlaku umum. Justru diangkat dari kisah nyata sistem politik sejak zaman penjajahan bangsa asing, Belanda. Terjemahan harfiah sudah menyuratkan plus menyiratkan fakta yang bergulir akrab bersama adab berbangsa dan bernegara.
Ternyata, kata yang punya kata, peribahasa tadi masih belum bunyi. Apalagi buat membunyikan. Kias sejenis ditayangkan sebagai penguat. Tak pakai mikir, apalagi mikir lama. Ternyata ada peribahasa bahasa Jawa tipe bahasa kias. Namun, kata pihak pengamat bahasa, nilai kekiasannya rendah.
Justru untuk mengkiaskan kejadian perkara di muka bumi ibu Pertiwi, jujur tanpa jurus tipu-tipu. Berbunyi “wong bodho dadi pangané wong pinter”. Beranalogi atau bisa disesuaikan dengan dinamika. Ganti dua kata yang berlawanan makna. Pemirsa sudah lebih awal pahamnya. Kendati tak paham bahasa Jawa.
Hindari jemu diri, bukan jemur gigi. Tutup olah kata dengan ingatan akan “wong Jawa ilang jawané” malih dadi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar