Halaman

Kamis, 24 September 2020

stigmaisasi kerakyatan, pahit karena pahit vs manis memang manis

stigmaisasi kerakyatan, pahit karena pahit vs manis memang manis

Manusia dengan bawaan bayi perangkat akal dan alat kelengkapan akal, mampu mengakali pihak lain. Sejatinya, jika manusia mampu menilai orang lain, artinya penilaian sesuai nilai diri. Perokok akan nyambung rasa bahasa dengan pihak lain yang ahli hisap. Senasib pun kalau jumpa tak dipastikan terjadi interaksi positif.

 Mentalitas manusia tergantung asupan gizi, nutrisi dan hawa lingkungan. Standar WHO berkata lain peluang panjang umur seseorang bisa diukur. Tetapi kapannya ke liang kubur, sudah diukur pakai metoda yang sudah teruji. Tidak ada perbedaan yang mencolok mentalitas rakyat dengan bukan rakyat. Karena mental yang melekat di rakyat kental dengan cikal bakal, bakal cikal manusia seutuhnya.

 Mental berlapis menjadikan rakyat tahan cuaca, tahan banting. Mampu mempoisisikan diri pada setiap perubahan zaman. Ikut arus namun tak hanyut dan terbawa arus. Tempaan kehidupan penjajahan oleh bangsa sendiri, semakin eksis dalam kemandirian. Perilaku manusia politik nasionalis kelas global, dianggap bak makhluk pemangsa sesama.[HaéN]

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar