profil politik sub-lokal nusantara,
tanpa sarapan penuh harapan
Korban iklan, sasaran atau korban pariwara secara
sadar akhirnya tanpa sadar menjadi sadar betapa perlu sarapan nasi plus lauk
sehat dan menyehatkan. Makanan cepat saji, cepat cerna dan cepat buang. Ibarat politik
tanpa ideologi, tapi laris manis. Iming-iming surga dunia lengkap dengan aneka
sajian nikmat dunia. Ritual politik, utamakan agar oknum ketua umum tetap
terjaga martabatnya. Merasa sebagai manusia waras.
Selama manusia dan atau wong nusantara butuh
atribut dunia, pernak-pernik status dunia, terlebih penikmat kursi konstitusional.
Macam sekelas petugas partai menjadi gambar nyata betapa. Jangan lupa, tata
krama politik lokal nusantara menyeimbangkan urip lan saknjabane
urip atau urip sakwise urip.
Antara politik dan ekonomi di aras lokal, tapak dan
akar rumput masih terjadi asas setara. Pilkades kendati tak pakai kendaraan
politik. Menjadi ajang uji coba nyali berpolitik tanpa partai atau awal kenal pasal
biaya politik. Suara pemilih yang bisa ditebak “warna politik” walau samar,
semu atau pakai ilmu bunglon.
Politik negara bisa tampak berkinerja karena pakai
hukum ekonomi. Paket politik nasional menjadi unggulan dan tumpuan pihak
multipihak.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar