Halaman

Sabtu, 12 September 2020

lari dari satu kenyataan menghadapi kenyataan lainnya


lari dari satu kenyataan menghadapi kenyataan lainnya

Mirip, beda jalur, lajur atau berlawanan arus dengan pepatah “gali lubang tutup lubang”. Di negara paling maju pun, masih terjadi rumusan memancing kursi dengan mengorbankan kursi di tangan. Intervensi, intimidasi serta agresi pihak ketiga. Asas praduga rahasia negara adanya ambang batas bawah petugas partai, identik dengan lonjakan kurva utang luar negeri.

Adalah idiom mangsa balik pemberi umpan. Memang bukan efek domino praktik santun politik nusantara. Tidak masuk dampak strategi politik terbuka. Tetap saja menjadi fakta otentik, original, akurat tipikal, berulang, berdaur ulang pada setiap langkah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demokrasi nusantara bernuansa bagi-bagi kursi legislatif – eksekutif – yudikatif, dengan asas tanpa uang muka, risiko tanggung renteng ke anak cucu tujuh berketurunan. Kutukan kursi mpu Gandrung, sampai presiden ketujuh. Sejarah kenusantaraan, aneka versi berjalan bersamaan, paralel pada waktu dan tempat yang sama. Beda manusia tapi mirip karakter dan mirip warna partai politik. Perebutan kekuasaan kian salah kaprah.

Siapa yang menguasai jimat “kursi kuning” yang dapat dilipat, dibawa kemana-manan, akan disegani lawan politik. Daya kerjanya tak jauh-jauh dari susuk penglaris di dunia hiburan malam atau panggung politik pengisi waktu. Anak wayang nusantara jauh melampaui khazanah angkara murka yang ada di dunia nyata.

Standar kompetensi. Merujuk kutukan tuah kursi tanpa kaki. Kejadian lama melegenda di tanah merdeka nusantara. Dua kejadian nyata terjadi bersamaan tapi beda abad pada lokasi perdikan, tanah bebas pajak. Soal ada tokoh atau penokohan agar periwayatan punya hak paten, hak cipta. Sosok yang difigurkan tak harus sakti mandraguna. Ilmu menghilangkan diri tanpa jejak dan terlacak, menjadi mainan anak-anak.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar