Halaman

Sabtu, 05 September 2020

dilema negara pancasila, tokoh nurutan vs sosok nunutan


dilema negara pancasila, tokoh nurutan vs sosok nunutan

Agar tak kian-kemari. Olah kata ini diawali tapi bukan dibuka dengan cuplikan “kadang katut” alias saudara terbawa. Menjadi saudara karena ikatan perkawinan dengan saudaranya. Lain pasal dengan “kadang konang”. Atau, saudara kunang-kunang. Sindiran bagi laku yang diangap saudara hanya mereka yang berharta, berpangkat saja, sedang punya jabatan prestisius.

Soal ‘katut’, malah terkait dengan  ‘nunut. Peribahasa Jawa, berujar bebas “swarga nunut neraka katut”. Makna, sang istri yang sangat setia pada suami, senang dan susah selalu ikut. Istri tidak hanya mengikuti kebahagiaan suami, tetapi juga mengikuti kesusahan yang sedang dihadapi. Peribahasa ini diperuntukkan untuk istri yang setia terhadap suami, baik dalam keadaan senang maupun susah. Wanita karier wajib tahu makna peribahasa ini. Kapan ada kata ‘nurut’.

Padahal ilmu pariwara politik punya slogan “tak kenal maka tak obral kasih sayang”. Maksud baik, semakin tahu apa dan siapa ybs, memudahkan ambil keputusan. Semakin orang berakal, pengguna akal sehat, cerdas dalam menentukan pilihan. Tahu yang dipromokan emas atau loyang. Kendati tampak kemilau dan menyilaukn mata, belum tentu berlian. Asal jangan menjadi korban iklan ‘ilmu kondom’.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar