Halaman

Sabtu, 31 Maret 2018

anomali BBM bagian integral infrastuktur


anomali BBM bagian integral infrastuktur

Secara  politis, infrastrukur diyakini sebagai bagian integral penggerak roda perekonomian, sampai kemanfaatan jalan desa. Ironis, jika semakin pendek mata rantai, ringkas tata niaga, rapat rangkaian hulu ke hilir, sederhana proses produsen ke konsumen, malah membuat biaya nyata, biaya terduga semakin bengkak.

Kendati ditunjang sukses angkutan laut dengan memanfaatkan kebijakan tol laut, sesampainya di darat, tarif jasa angkutan darat menjadi ajang kesepakatan penguasa dengan pengusaha. Pelipur laranya ada tarif tol komersial dan tarif tol sosial atau untuk kepentingan umum.

Ratio panjang jalan dibanding panjang rangkaian mobil, jelas ada pihak yang bermain di jalan. Kondisi ini menjadi dasar penentuan harga eceran tertinggi BBM. Masuk ke hukum ekonomi, yaitu semakin banyak barang dibutuhkan oleh masyarakat, maka ongkos angkut semakin menggiurkan.

Penumpang pesawat melonjak, otomatis harga tiket ikut melonjak-lonjak kegirangan. Kesempatan yang langka, walau dapat diprediksi. Semakin pengguna angkutan masal  melebihi prakiraan pemerintah, maka HET BBM untuk kendaraan pribadi, tak perlu subsidi. Harga BBM diserahkan kepada sentimen negatif pasar.

Jadi, infrastruktur untuk semua tak otomatis menjadikan BBM untuk kesejahteraan, kemakmuran rakyat. Masih ada faktor siluman, yaitu biaya politik yang telah terpakai habis oleh partai politik peserta aktif pesta demokrasi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar