Halaman

Jumat, 09 Maret 2018

Dilema Anak Muda, Rayuan Parpol vs Fenomena Golput



Dilema Anak Muda,  Rayuan Parpol vs Fenomena Golput

Menyimak Keputusan Komisi Pemilihan Umum NOMOR : 411/Kpts/KPU/TAHUN 2014 tentang Penetapan Pemilihan Umum secara nasional Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, maka tersurat 124.972.491 suara sah dapil di 77 dapil untuk DPR 2014.

Sedangkan ujaran atau yang tersurat di sumber http://data.kpu.go.id/dpt.php menyebutkan Rekapitulasi DPT Sidalih di 33 provinsi terdapat 186.569.233 pemilih.

Mengacu dua sumber di atas, terdapat 186.569.233 pemilih - 124.972.491 suara sah = 61.596.742  suara rakyat yang berhak memilih dan terdaftar sebagai pemilih,  yang ternyata tidak menggunakan hak pilihnya, atau status lainnya.

Seolah sudah rahasia umum kalau terjadi “pemilih tidak menggunakan hak pilihnya”. Mengapa ikhwal tersebut bisa terjadi dan selalu terjadi di setiap pemilu dan pilkada.

Dinamika  pesta demokrasi 2019 adalah pemilihan legislatif serentak dengan pemilihan presiden yang akan digelar hari Rabu, 17 April 2019 sudah dirasakan secara resmi dengan penetapan partai politik peserta oleh KPU.

Apakah di periode 2014-2019 sebagai ambang bawah, titik nadir dari pola mental kita sedang belajar apa itu politik. Apa itu demokrasi. Minimal dengan gaya garang garing sebagai simbol ketakberdayaan. Tepatnya, dimulai dari presiden ketujuh RI - yang katanya pilihan mayoritas rakyat pemilih - hanya diposisikan, didudukkan, distatuskan sebagai petugas partai.

Bangsa ini sudah jenuh dengan pencitraan liwat modus ujaran kebencian, penistaan agama, berita bohong atau hoaks sudah sampai daerah. Rakyat disuguhi paket tayangan berita kriminal politik berbaur dengan kriminal jalanan, kriminal murni.

Jadi, akankah golput sebagai efek domino modus politik penguasa. Tak bisa diabaikan jika anak muda yang sudah menggunakan hak pilihnya selama pasca reformasi, sudah mantap politik.

Mumpung belum terlanjur jadi bubur, ayo rakyat yang selalu dan tetap cinta NKRI, rapatkan barisan. Panjatkan doa sesuai agama yang dianutnya. Jangan sampai kita menjadi bangsa keledai. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar