Profesional Pakai
Topeng Politik, Jadi Badut
Bayangkan, ujaran pihak berwajib yang bertanggung
jawab atas keuangan negara, bahwasanya negara maju – bahkan negara adidaya –
mempunyai utang luar negeri (ULN). ULN Jepang setara 200% PDB-nya. NKRI baru jelang
30% dari amanat UU sekecil 60%.
Asumsi politisnya, tidak perlu kuwatir dengan
menjulangnya ULN. Soal efek domino ULN, menjadi tanggung renteng rakyat sebagai
penikmat, pengguna akhir kesejahteraan rakyat.
Profesional atau kalangan akademis, orang kampus,
ketika masuk pusaran syahwat politik, akan hanyut dengan aroma irama kawanan
penguasa. Kalau tidak mau ikut arus, akan terkena kutukan.
Terkait ULN. Rakyat tak mau tahu, kapan realisasi ULN
bisa >200% atau >250% PDB. Ancar-ancarnya, 250 juta rakyat Indonesia
sanggup saweran kembalikan ULN.
Masalah bukan itu, soal malah jadi juru bicara,
propaganda sekaligus tipu-tipu rakyat. Apakah Rp cetakan teranyar laku di pasar
dunia. Aoakah hukum berbanding lurus terjadi. Jika ULN melambung maka korupsi
dalam negeri membubung. Antara ULN dan tipokor saling adu gengsi.
Sejarah
yang akan membuktikan. ULN adu nyali melawan korupsi dalam negeri. Atau malah
terjadi hubungan sinergitas, saling menguntungkan.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar