Halaman

Jumat, 16 Maret 2018

Modus Politik, Politik Kriminal vs Kriminal Politik



Modus Politik, Politik Kriminal vs Kriminal Politik

Politik itu bisa buta dan dapat tuli, namun politik tidak ada matinya. Siapa pun yang main politik – tidak pandang kasta, gender, jiwa – siap terjebak arus dengan aneka modus, serba rekadaya, berbagai praktik manipulasi.  

Pemain politik tidak ada kapoknya. Apalagi yang perjalanan karirnya belum sampai puncak, yaitu koruptor. Sebetulnya sudah, cuma nasib baik masih berpihak kepadanya. Polisi sudah mewaspadai bahwa selain ada penjahat kambuhan, pada umumnya pelaku tindak kriminal akan mengulang perbuatannya. Di bekas lokasi sasaran, karena merasa semua obyek belum sempat diangkut, dijarah atau dimilikinya.

Bagi hasil antar pelaku kejahatan dalam satu tim operasi, bisa menentukan lanjut tidaknya koalisi. Pelaku kriminal dengan rekam jejaknya, dapat berkoalisi dengan siapa saja. Dia bisa bermain di mana saja, untuk siapa saja. Karena keahliannya, kriminal politik tak perlu tindak turun tangan. Membuat tim yang solid. Biasanya dengan sistem KUD (ketua untung duluan) atau sesuai rumus ekonomi : sahamnya besar jadi bonusnya tak kecil.

Negara Indonesia adalah negara hukum, menghasilkan antara lain hukum politik. Artinya, segala modus tindakan pejabat negara, penyelenggara negara, penguasa negara tidak bisa dikenai sanksi hukum. Bukan kebal hukum. Karena panggilan tugas, melaksanakan kewajiban dan wewenang jabatan, perintah atasan. Pedang Dewi Keadilan lebih melihat siapa yang berperkara, bukan pada pasal yang dilanggar.

Antar pelaku kriminal politik sudah ada pembagian wilayah. Secara umum, siapa yang mendapat wilayah operasi daratan lautan, udara dan sisanya. Tiap wilayah masih dibagi lagi. Agar tampak tidak mencolok di mata rakyat, pembagian disesuaikan dengan peta politik.

Praktik politik dinasti, keluarga politik, klan, semakin menunjukkan perwilayahan sudah mapan. Terbukti a.l. dengan paslon tunggal pada pilkada. Kalau calon tunggal pada pilpres, semakin membutikan.

Jadi, selama politik itu bundar an bulat. Maka kejadian perkara apapun di muka bumi, itulah karya anak bangsa dengan baju politiknya. Baik dengan kaki tangan sendiri, maupun sebagai kaki tangan bangsa lain. Wallahu a’lam bisshawab. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar