Kembali ke
Pancasila
Watak dasar bangsa dan rakyat Indonesia
terlihat pada sikap toleransi, gaya menjaga rasa orang lain. Singkatnya, memang
sudah ada adab bermasyarakat. Sebutan Rukun Tetangga, Rukun Warga, Rukun
Kampung atau sebutan lainnya, sebagai bukti wujud persatuan dan kesatuan.
Negara Indonesia adalah keluarga
besar dengan anggota keluarga dari semua unsur suku, agama, ras dan antar
golongan. Dibutuhkan Adab atau Rukun kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyakit
status sosial, diperparah dengan virus beda paham politik.
Fokus dan konsentrasi rakyat
mudah digiring. Demi nusa dan bangsa, tanah air, tanpa banyak cingcong langsung
singsingkan lengan baju. Cancut tali wondo. Gotong royong. Menuju “Indonesia
Emas 2045”. Diperlukan pengorbanan rakyat. Bersyukur, bangsa Indonesia termasuk
bangsa pemaklum.
Peta Indonesia didominasi warna
politik. Politik atau partai politik yang lahir di jaman penjajahan Belanda
sampai parpol spesialis pemilu. Radikalisme manusia politik menjadikan maraknya
faham anak cucu ideologis.
Konstitusi yang
diterjemahbebaskan sebagai merebut, mempertahankan, merebut kembali kekuasaan
secara konstitusional. Kekuasaan dapat diwariskan ke trah. Pemerintah bayangan
sudah mengucur sampai tingkat desa.
Jangan lupa, menu nasakom produk
Orde Lama, tetap meluncur dengan kemasan yang atraktif. Trah Cendana semakin
memperkuat sinyalemen bahwa ideologi tak ada matinya.
Indonesia terjebak modus politik
dengan pola kultus individu, semacam di zaman Orde Lama. Politik sebagai panglima. Demi sukses politik,
pasal menghalalkan segala cara menjadi wajib.
Timbal balik pemerintah atau
penguasa ke rakyat, adalah rakyat mendapat stigma permanent underclass, uneducated
people, bernasib kurang beruntung. Ritual demokrasi hanya menghasilkan
kedaulatan ada di tangan penguasa, pemenang pesta demokrasi.
Semakin jauh dari rakyat,
Pancasila mengalami degradasi secara sistematis, berkelanjutan. Semakin meninggalkan
rakyat di landasan, Pancasila akan mrotoli, mrètèli, mrutuli, mritili. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar