Presiden Ketujuh
RI Mencari Capres Kedelapan RI
Langka. Tren positif di industri
politik Nusantara, menggeliat bangkit. Keterpurukan selama ini tersapu dengan
gelombang sentiment positif penguasa. Indonesia bangkit. Tidak harus tunggu
Tahun Emas 2045.
Jelang akhir periode, presiden
ketujuh RI yang dikuatirkan banyak pihak akan turun tahta sebelum jatuh tempo. Tidak
terjadi. Gaya yang dua kali dipakainya, “tinggal glanggang colong playu”, sudah dirasa tidak ampuh. Menjadi
pil pahit.
Kendati meninggalkan bom waktu,
seabreg PR, tumpukan ULN, rakyat dengan sabar, tabah, tekun dan ulet tetap
berbakti, mengabdi kepada ibu Pertiwi.
Pendekatan politik untuk
membangun bangsa dan negara nyaris hambar. Menimbulkan produk sampingan sebagai
biang masalah bangsa. Strata dan kasta sosial ekonomi antar anak bangsa pribumi
semakin melebar. Hukum dipakai karena tergantung pelakunya. Bukan pasal yang
dianggar.
Kedaulatan yang diartikan kekuasaan
berada di tangan pemenang pesta demokrasi (pemilu legislatif dan pilpres 2014),
sudah bak senjata makan tuan. Perlu asuoan darah segar dan tampilan wajah baru.
Masih banyak rakyat yang cinta
tanah air. Siap bela negara, tanpa diminta. Mengutamakan persatuan dan
kesatuan. Bukan koalisi bagi-bagi kekuasaan. Memecah belah bangsa. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar