Halaman

Minggu, 11 Maret 2018

Anak Bangsa Pribumi dan Injak-Injak Bumi



Anak Bangsa Pribumi dan Injak-Injak Bumi

Kehidupan ber-Pancasila jauh abad sebelum Pancasila resmi dirumuskan. Karena proses peradaban kehidupan menjadikan Pancasila  pernah menjadi “Pancasila Sakti”.

Nasib berikutnya, Pancasila berubah posisi. Dari dasar negara menjadi 1 dari 4 pilar berbangsa. Heboh lagi, dalam kehidupan negara, berlakulah rumusan semakin jauh dari rakyat berbanding lurus dengan praktik Pancasila.

Semakin pemerintah mendengungkan asas kemandirian, berdiri di atas kaki sendiri, maka semakin nyata pemerintah memposisikan anak bangsa hanya sebagai pelengkap, obyek atau pihak tak beruntung.

Dengan cerdas penguasa menstigma anak bangsa kurang bisa bersaing dengan bangsa yang lebih banyak penduduknya. Sebut saja negara yang paling bersahabat. Masih atau sama-sama negara Asia.

Jangan heran kalau bangsa pribumi (baca yang menjadi loyalis penguasa) tidak hanya siap jadi budak asing di negeri sendiri. Tetapi siap menyediakan kepalanya untuk keset investor politik.

Jangan heran lagi kalau anak bangsa pribumi yang didominasi rakyat, menjadi obyek pelecehan oleh penguasa.

Hanya menghadapai pesta olahraga Asian Games 18, bangsa Indonesia mau ukur baju. Tahu diri dengan kemampuan dan kapasitas tanding, walau dengan sistem laga kandang. Sebagai tuan rumah bukan jaminan untuk keluar sebagai juara umum.

Di tahun politik 2018 dan 2019, wajar jika suara orang sekarat, seperti asal bunyi. Karena tahu, bahwa loyalisnya sudah tidak bisa diharapkan meraup medali emas. Akhirnya, tergantung belas kasihan atlit asing yang menjadi tamu.

Jadi, kalau masih kau pribumi dijadikan korban syahwat politik. Hanya soal waktu. Wallahu a’lam bisshawab. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar