rakyat sadar ULN
dan swasembada belanja rumah tangga
Tanpa gaduh politik, saat rakyat keluarkan Rp untuk
beli barang dan/atau bayar jasa, otomatis 2,5%-nya adalah hak negara. Bagaimana
koq bisa begitu. Bisa saja. Namanya dagelan politik.
Jangan cari perkara di balik batu. Semua kebijakan
sudah sesuai dari hasil jerih payah, olah pikir manusia bijak. Tidak perlu
diperdebatkan lagi.
Wajib diketahui oleh masyarakat, bukan seberapa kecil Rp
tertampung. Dalam hitungan jam, menurut survei tanpa survey oleh BPS (Biro Polisi
Serba-Swa), Rp yang menyangkut di pundi-pundi negara bisa untuk membangun
sekian ribu k.m rel kereta api jalur ganda. Bisa mewujudkan tol laut yang
menunjang manfaat distribusi sembako oleh jalur k.a. Sulit terlacak data
panjang jalan arteri, kolektor, lokal yang terbangun.
Manfaat utama, beras impor tak perlu menginap, mengendap
di gudang Bulog. Langsung masuk pasar tradisional. Atau ke lokasi terdekat yang
bisa dijangkau rakyat. Beras impor bisa disulap menjadi beras rakyat. Bukan raskin.
Soal negara bisa ber-swa apa saja. Sudah menjadi amanat dalam setiap kampanye pilpres. Biaya sehat
dan ongkos cerdas ditanggung negara. Listrik masuk desa sudah bukan sekedar impian.
Bandar narkoba tak perlu main kucing-kucingan dengan Satpol PP. Cukup main
mata.
Pekarangan, halaman rumah tinggal warga bisa
direkayasa sosial menjadi lahan tanaman pangan. Minimal mampu memproduksi bahan
baku lauk pauk lokal. Komunitas rumah tangga sampai tingkat RW mampu
menghasilkan sekaligus mewujudkan kesiapan pangan.
Tanpa proses legislasi, tanpa dukungan anggaran, tanpa
pengawasan, tanpa skenario berbasis Trisakti dan Nawa Cita, akhirnya secara
meyakinkan dan pastinya pasti, Indonesia menjadi produsen asap. Kebutuhan asap
dalam negeri sampai akhir periode 2014-2019, lebih dari cukup. Stok aman. Kebutuhan
asap per KK tercukupi tanpa harus impor dari Cina.
Singkat derita, rakyat yang sudah biasa menderita,
nyatanya sudah tak perlu utang ke warung terdekat. Saking bijaknya manusia
ekonomi yang mengendalikan daya ideologi manusia politik se-Nusantara, mereka
menyediakan rokok kètèngan gratis. Tanpa merk dan tersedia dengan berbagai
ukuran.
Pokoknya, barang/jasa yang mampu mendongkrak nilai
tambah rakyat, agar mampu bersaing dengan bangsa asing, disediakan gratis. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar