Halaman

Sabtu, 24 Maret 2018

rakyat sadar ULN dan swasembada belanja rumah tangga


rakyat sadar ULN dan swasembada belanja rumah tangga

Tanpa gaduh politik, saat rakyat keluarkan Rp untuk beli barang dan/atau bayar jasa, otomatis 2,5%-nya adalah hak negara. Bagaimana koq bisa begitu. Bisa saja. Namanya dagelan politik.

Jangan cari perkara di balik batu. Semua kebijakan sudah sesuai dari hasil jerih payah, olah pikir manusia bijak. Tidak perlu diperdebatkan lagi.

Wajib diketahui oleh masyarakat, bukan seberapa kecil Rp tertampung. Dalam hitungan jam, menurut survei tanpa survey oleh BPS (Biro Polisi Serba-Swa), Rp yang menyangkut di pundi-pundi negara bisa untuk membangun sekian ribu k.m rel kereta api jalur ganda. Bisa mewujudkan tol laut yang menunjang manfaat distribusi sembako oleh jalur k.a. Sulit terlacak data panjang jalan arteri, kolektor, lokal yang terbangun.

Manfaat utama, beras impor tak perlu menginap, mengendap di gudang Bulog. Langsung masuk pasar tradisional. Atau ke lokasi terdekat yang bisa dijangkau rakyat. Beras impor bisa disulap menjadi beras rakyat. Bukan raskin.

Soal negara bisa ber-swa apa saja. Sudah menjadi amanat dalam setiap kampanye pilpres. Biaya sehat dan ongkos cerdas ditanggung negara. Listrik masuk desa sudah bukan sekedar impian. Bandar narkoba tak perlu main kucing-kucingan dengan Satpol PP. Cukup main mata.

Pekarangan, halaman rumah tinggal warga bisa direkayasa sosial menjadi lahan tanaman pangan. Minimal mampu memproduksi bahan baku lauk pauk lokal. Komunitas rumah tangga sampai tingkat RW mampu menghasilkan sekaligus mewujudkan kesiapan pangan.

Tanpa proses legislasi, tanpa dukungan anggaran, tanpa pengawasan, tanpa skenario berbasis Trisakti dan Nawa Cita, akhirnya secara meyakinkan dan pastinya pasti, Indonesia menjadi produsen asap. Kebutuhan asap dalam negeri sampai akhir periode 2014-2019, lebih dari cukup. Stok aman. Kebutuhan asap per KK tercukupi tanpa harus impor dari Cina.

Singkat derita, rakyat yang sudah biasa menderita, nyatanya sudah tak perlu utang ke warung terdekat. Saking bijaknya manusia ekonomi yang mengendalikan daya ideologi manusia politik se-Nusantara, mereka menyediakan rokok kètèngan gratis. Tanpa merk dan tersedia dengan berbagai ukuran.

Pokoknya, barang/jasa yang mampu mendongkrak nilai tambah rakyat, agar mampu bersaing dengan bangsa asing, disediakan gratis. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar