Halaman

Minggu, 11 Maret 2018

Ujaran Kebohongan vs Modus Propaganda



Ujaran Kebohongan vs Modus Propaganda

Peribahasa yang mengalami proses peradaban adalah “belum meminang sudah menimang”. Belum menanam sudah panen. Jelas tak ada kaitan dengan daya ideologi anak bangsa. Tak perlu keringat, kursi datang sendiri. Opo tumon.

Di NKRI, apa saja bisa terjadi. Bahkan yang sudah terjadi bisa dihapus sehingga menjadi tak pernah terjadi. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa diskenario secara matematis. Banyak faktor “X” yang gentayangan.

Herannya, masih ada pihak yang mengandalkan asas sebab akibat, gugon tuhon, petungan dino becik, serta simbol mistis nan misterius. Tak jarang yang berburuk sangka pada bayangannya sendiri.

Selama ketupat dibelah empat. Dipastikan ramuan alam lebih manjur. Pratanda alam memang bisa dibaca. Butuh kepekaan. Saking pekanya, melihat orang bincang sendiri dengan HP-nya, lantas muncul asas praduga. Jangan-jangan.

Di pihak bawah sadarnya, silau dengan yang serba di atasnya. Dalam ukuran duniawi. Jadi sungkan dengan bangsa lain yang tampak banyak populasinya. Siapa tahu bisa diajak kongsi. Atau bagi hasil urus urusan dalam negeri atau dapur sendiri.

Momentum jelang 2019, banyak pihak tidak hanya aji mumpung, ambil kesempatan dalam kesempitan akal pihak tertentu. Dengan melontar sanjungan, padahal bak lempar batu sembunyi tangan. Dengan menganugerahi gelar tanpa gelar, agar tetap masuk barisan. Tidak terdegradasi karena kurang upeti.

Kepekaan sedemikan rinci, sehingga setiap hembusan berita ditanggapi dengan cerdas. Secerdas ikan mendekati umpan. Atau gagahnya ayam jantan yang mengepakkan sayap. Pilih tanding.

Jadi, selagi ada penabur dan penebar atau pengganda berita. Wallahu a’lam bisshawab. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar